TTM

Arslan Cealach
Chapter #35

Dalam Dendam Kita Bertahan

Atma tidak suka bicara. Menurutnya bicara hanya dilakukan oleh seseorang yang terlalu lemah untuk menunjukkan apa yang ia inginkan hanya lewat gestur atau tindakan. Ucapan hanya digunakan oleh orang-orang yang tak punya kekuatan dan pengaruh! Retorika hanya digunakan oleh orang lemah untuk mempengaruhi orang lemah lain.

Seseorang yang berdiri di puncak tidak akan bicara. Seorang pemimpin sejati tidak perlu mengatakan bahwa ia berdiri di atas kekuasaan. Dan itulah kenapa…

“ADA APA DENGAN KAMU SIH, MAS ATMA? KAMU GILA!” teriak Bram saat sang kakak menyeret pergelangan tangannya menuju kamar.

PLAAK. Tanpa ragu ia tampar wajah sang adik. “Lu cuma harus nurut sama gue, Bram. NURUT!” Bruukh BRAAAKH.

“BANGSAAATTT!!!” teriak pria itu saat tubuhnya didorong masuk ke dalam kamar. Klek. Terdengar suara Atma mengunci pintu dari luar. Klek klek.

Melihat pertengkaran dua kakak tirinya tentu saja membuat Cakra sangat bahagia. Segera ia hampiri kakak pertamanya yang ingin kembali ke kamarnya sendiri. “Kok udahan, Mas Atma? Kamu nggak marah apa Mas Bram habis ngomong kasar gitu? Dihajar, dong. Nggak seru, ih,” pancingnya dengan lengkungan senyum seperti psikopat yang sangat menikmati penderitaan orang lain.

Atma menghentikan langkah dan berbalik melihat anak terkutuk sialan di belakangnya. Tanpa aba-aba ia cengkram dan angkat dagu remaja lima belas tahun itu.

“Aw aw aw, sakit, Mas Atma. Aku aduin ke Ibu, lho,” ancamnya.

Atma dekatkan bibirnya ke telinga Cakra. “Laporin aja. Dan akan gue lempar lo ke jurang di deket sini.”

“Uhh, takuut,” respon Cakra dengan intonasi meledek dan ekspresi merendahkan.

Melihat respon itu, Atma yang suasana hatinya sedang sangat buruk langsung mendorong tubuh Cakra yang lebih pendek darinya sampai membentur pembatas tangga. Ia dorong sekuat tenaga bagian atas tubuh anak remaja itu hingga kedua kakinya terangkat dan sekujur tubuh bertumpu di punggung.

“Mas, Mas Atma,” panggil remaja itu serius merasa terancam saat melirik ke bawah. Ditambah tatapan Atma yang tak terlihat bermain-main. “Pokoknya bakal aku aduin ke I…”

ZREETT. Atma memperkuat cengkramannya hingga makin mengangkat kaki Cakra dan membuat tubuh bagian atas remaja itu makin menjorok ke bawah.

Lihat selengkapnya