TTM

Arslan Cealach
Chapter #37

Dunia Tipu Rupa

Sejak keluarganya hancur dan hal-hal menyebalkan terus terjadi. Kadang Bram bingung dan jadi tidak tau untuk apa ia harus terus hidup sebenarnya. Semua makin diperparah setelah kematian sang mama yang begitu dramatis dan menyakitkan. Sampai buat ia kesulitan bersikap seperti manusia normal.

Seringkali Bram iri pada Atma yang tetap bisa bersikap biasa dan sangat profesional di dunia luar. Seolah ia tak pernah biarkan masalah pribadi mempengaruhi caranya mengambil keputusan dan menjalani hidup. Prinsipnya adalah; kuat, keras, berdedikasi, bertanggung jawab, dan komitmen. Atma seperti batang pohon dengan akar kuat yang sama sekali tak goyah meski badai kuat menerjang siang malam.

Itu juga alasan sejak dulu Bram tak pernah berani mengusik kakaknya. Selain karena khawatir hal buruk akan terjadi pada Atma, ia juga tak ingin jadi beban untuk satu-satunya manusia yang ia akui sebagai saudara kandung itu. Tapi. hal-hal tidak terduga yang sulit dikendalikan tiba-tiba terjadi. Bram yang depresi dan suicidal tak bisa mengatasi semua ini seorang diri. Membuatnya berakhir tenggelam dalam kubangan kegelapan tak berarti.

“Rena,” ucapnya dengan intonasi sedih saat melihat pesan yang ia kirim sudah centang biru, tapi tak direspon sama sekali. Untuk situasi jiwa yang sedang tak berdaya. Hal sederhana begitu saja bisa buat ia ingin sekali mengakhiri nyawa.

Sekarang sudah tengah malam. Atma mengikat satu pergelangan tangannya ke tempat tidur di kamarnya menggunakan sebuah cable cuff. Kakak laki-lakinya itu terlihat sangat marah karena hal yang baru ia lakukan. Ia lakukan dengan penuh kesadaran demi memperjuangkan sesuatu yang ia anggap kebenaran.

Dan saat ia nyalakan gawai karena ingin memastikan kebenaran yang ia yakini. Kebenaran itu bahkan tidak membalas pesannya. Membuat semua terasa jadi sangat aneh dan sulit ditoleransi. Dalam posisi duduk di tepi ranjang, ia hanya bisa melihat pemandangan malam dari jendela yang tirainya terbuka dengan perasaan kosong.

“Apa yang harus aku lakukan? Kenapa semua jadi seperti ini? Rena, kenapa kamu diam saja?”

Tok tok tok.

Bram reflek menolehkan kepala ke belakang untuk melihat pintu yang tiba-tiba terketuk. Siapa juga orang kurang kerjaan di villa itu yang akan repot-repot menemui seseorang yang habis membuat ulah?

Ia pun bertanya, “Siapa?”

“My Honey,” respon seseorang di luar. Suara perempuan yang tak bisa ia identifikasi siapa pemiliknya. Mengucapkan sebuah sapaan yang terdengar ganjil.

Kedua mata pria itu langsung terbelalak dengan mulut terbuka lebar. Ia tak percaya harus mendengar panggilan itu lagi dalam hidup. Rasa sakit yang sangat besar menguasai dada sampai membuat ia sulit bernafas.

“Haaakkhh… haaakkhh… haaaakkhh… tolo… ng… tolo… ng!”

"My Honey, bukankan pintunya, dong. Kita akan bersenang-senang lagi malam ini."

Lihat selengkapnya