TTM

Arslan Cealach
Chapter #44

Tolong Sadarkan Aku!

“Heii, udah lama nggak ketemu. Kamu ke mana aja, Tar?” tanya Rena dengan senyumnya yang cerah seperti sinar mentari fajar saat baru keluar dari kantor untuk cari makan siang. Saat itu, semua beban pikiran berat soal pekerjaan dan satu minggu menyebalkan yang harus ia lewati tanpa keberadaan Tara. Akhirnya sirna karena bisa melihat pria itu lagi.

Tentu bukan hanya Rena yang senang, tapi Tara juga. Bahkan bisa dibilang pria itu sepuluh ribu kali lebih bahagia karena bisa kembali bertemu dengan Rena. Karena itu berarti semua yang Atma katakan salah. Rena bukan hanya sekadar sosok imajinasi. Sesuatu yang dilahirkan perasaan sepi dan rendah diri kronis yang ia alami selama ini.

Tidak, Rena itu nyata.

Tara menjawab, “Kita cari tempat makan siang dulu, yuk. Hari ini aku traktir, deh.”

Rena merespon sambil menutup mulut dengan dua telapak tangan, “Wah, jadi nggak enak. Meski gak mau nolak. Hahaha,” tutupnya dengan tawa.

Mereka berdua mulai berjalan menuju mobil Tara di parkiran.

Pria itu membalas, “Yang penting kamu senang, Ren.”

“Kenapa kamu bicara seolah hanya makanan ya yang bisa nyenengin aku?” tanya wanita itu sambil mengambil posisi di kursi depan samping kemudi supir.

“Bukannya ada pepatah yang bilang kalau mau ngedapetin hati cewek itu harus bisa menangin perutnya dulu?”

“HA HA HA. Siapa yang udah bikin pepatah kayak gitu? Meski gak salah, sih.”

Melihat senyuman dan tawa indah terbit di wajah wanita yang sangat ia suka. Membuat kembang-kembang di taman hati Tara mekar mewangi harum tiada tara. Apakah ada kebahagiaan yang bisa lebih luar biasa dibanding jatuh cinta?

“Tapi, Tar… kalau mau ngedapetin hati cewek itu harus bisa menangin perutnya dulu. Maksud kamu apa? Hati siapa yang pengen kamu dapetin?” tanya Rena sambil melihatnya dengan tatapan genit.

Tatapan paling genit sekaligus menggugah yang pernah ia saksikan dari wajah seorang perempuan dalam hidup.

“Ma, Mau makan nasi Padang gak, Ren? Di rumah makan yang lagi viral itu, lho,” tanya Tara gugup. Sambil menunjuk ke arah depan. Tak mau wanita di sampingnya melihat wajahnya yang seperti kepiting rebus berasap.

Diiringi senyum lembut Rena menjawab, “Terserah kamu aja, Tar. Kan imamnya kamu. Aku sebagai makmum mah ikut aja mau dibawa ke mana. Asik.”

Lihat selengkapnya