Yang sebenarnya terjadi seminggu lalu.
*
Tapi, yang paling buruk dari harus masuk kantor saat akhir minggu untuk mengejar ketertinggalan pencapaian quota closingan adalah… ia melirik ke arah kantor Tara yang tampak sepi. Karena memang tak ada kegiatan perkantoran di sana hari ini.
“Aku malu sih kalau harus chat dulu. Tapi, kira-kira dia lagi ngapain, ya? Kemarin dia janji mau nganterin pulang lagi. Apa waktu itu dia lupa kalau hari ini hari Sabtu, ya?” tanyanya.
Saat sedang sibuk mengamati. Tiba-tiba seorang wanita cantik bertubuh sintal dan seksi dengan dress pendek ketat berambut panjang wavy yang penampilannya terlihat seperti selebritis keluar dari pintu kantor Tara. Tanpa sengaja melihatnya sampai tatapan mereka tertaut. Ia tersenyum ramah dan menghampiri Rena.
“Hai,” sapa wanita cantik itu.
“Hallo, Mbak,” balas Rena canggung. Tak bisa menebak ada keperluan apa sampai seorang pegawai cantik kantor penasihat finansial seperti dia menyapanya terlebih dulu di hari yang harusnya libur ini.
“Nama kamu siapa?” tanya wanita itu tiba-tiba.
“Hmm, ada apa ya, Mbak?” respon Rena bertanya balik. Tidak yakin ada urusan apa pula teman sekantor Tara yang tidak dia kenal dengannya. Habis rasanya tidak mungkin banget Tara yang mengutus perempuan cantik bertubuh semlohai ini menemuinya.
Nadia menyatukan dua telapak tangannya di depan tubuh. Seperti menyiapkan diri untuk beri kabar penting. “Apa bisa mulai sekarang kamu jauhi Bram?”
Mendengar hal tak terduga itu membuat Rena sedikit lingung dan bingung. Seperti… memang apa juga urusan perempuan tak dikenal ini sampai berani mencampuri hidupnya? Hubungannya yang berharga dengan Tara.
Tapi, tak peduli bagaimana ia merasa terganggu. Rena tidak punya keberanian ungkapkan isi hati. Ditambah penampilan wanita di depannya yang tampak sangat mendominasi. Ia yang lemah dan tak berharga itu apa pantas menyuarakan pendapat?