TTM

Arslan Cealach
Chapter #49

Ditinggalkan

Rena pikir perasaannya akan jauh lebih baik setelah mengungkapkan apa yang ia rasakan pada Tara. Tapi, ternyata tidak. Ia malah merasa telah lakukan kesalahan besar. Membuat hidupnya yang beberapa hari terakhir sudah sangat buruk tanpa keberadaan Tara terasa makin serba salah.

Rena merasakan sakit kepala luar biasa yang diiringi sesak nafas tanpa penyebab setelah sampai di rumah. Dilabrak oleh pacar Tara di kantor membuatnya merasa keberadaannya memang tak seharusnya ada. Kondisi Tara jadi sangat buruk setelah kejadian di rumah makan Padang. Dan itu semua karena salahnya.

“Bahkan jika semua yang kamu lakukan selama ini hanya kebohongan, Tar.

“Kamu telah jadi salah satu orang paling baik yang pernah aku kenal.

“Aku nggak pernah benci atau ingin menyakiti kamu.

“Aku hanya ingin kamu bahagia bersama wanita yang sebenarnya kamu cintai.”

Tapi, kenapa semua jadi seperti ini?

*

Satu minggu lalu. Setelah dilabrak untuk pertama kali oleh Nadia dan tidak lagi berhubungan dengan Tara. Hal buruk terus terjadi bagai halaman cerita yang silih berganti. Tamu tengah malam yang sebelumnya sudah berhenti datang tiba-tiba kembali muncul dengan cara lebih menyakitkan.

Tamu tengah malam itu sendiri Rena tau hanya efek paranoid ekstrim akan kedatangan sang bapak yang selalu membawa oleh-oleh trauma baru. Tapi, ia ternyata belum cukup kuat untuk bisa menghadapi itu semua seorang diri. Tanpa dampingan orang yang bisa berikan rasa aman.

Ketakutan pada sosok tamu tengah malam membuat momen saat ada tetangganya yang pulang ke rumah di waktu itu terasa menyeramkan. Bunyi mereka membuka kunci pagar. Bunyi mereka membuka pintu. Semua suara yang harusnya “sepele” telah jadi mimpi buruk untuknya.

Suatu hari, bapaknya seenaknya datang lagi ke rumah tempat ia tinggal. Kali ini membawa sesuatu yang lebih buruk dari sekadar trauma.

“Mulai sekarang kamu beresin ini rumah! Kamu atur dan bersihkan itu kamar depan. Jangan ada barang-barang kamu di sana,” perintah pria bertubuh pendek itu sambil ongkang-ongkang kaki di satu-satunya sofa di ruang tamu.

Rena dari depan kamarnya, kamar belakang yang berukuran kecil seperti gudang hanya bisa diam saja melihat pria yang sudah membuatnya ada di dunia. Rasanya apa pun yang akan ia lakukan saat itu hanya akan jadi kesalahan.

“Adekmu si Putri mulai minggu depan akan tinggal di sini agar lebih dekat dengan kampus. Kamu urus dia dengan baik dan benar. Awas kamu!” beritahunya, peringatnya, perintahnya.

Lihat selengkapnya