Keesokan hari selalu akan jadi hal yang ditakdirkan untuk semua orang.
*
Rena sadar, sejak lahir ia tak pernah berharga untuk siapa pun. Bahkan keluarga kandungnya sendiri. Hal tersebut membuat keberadaan Tara yang selalu membuatnya nyaman terasa begitu berharga. Tapi, sayang rasa itu tampaknya sepihak. Karena Tara tak pernah benar-benar nyatakan cinta. Eh, tiba-tiba Rena malah dapat kabar kalau dia sudah punya pacar.
Benar-benar mimpi pendek indah. Sekarang ia harus bagun dan kembali menghadapi kenyataan di mana ia sendirian, ditinggalkan, dan akan segera jadi gelandangan.
“Baju-baju dan barang yang gak kamu bawa bakal aku ambil semua ya, Kak Regina,” ucap Putri bahagia saat Rena sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam sebuah koper kecil.
Rena yang sudah pasrah, tepatnya tidak peduli lagi pada apa pun. Hanya diam saja menghadapi seluruh ketidakadilan. Di satu sisi ia malah sedikit senang karena akhirnya bisa benar-benar pergi. Setelah ini ia berniat menggunakan uang tabungannya untuk mengontrak rumah sederhana dan mulai menjalani hidup to the fullest.
Que sera sera. Apa yang terjadi maka terjadilah.
Ia tak mau lagi dikekang perasaan buruk apa pun. Ia sudah tidak punya orang tua atau keluarga lagi. Dan ia tidak begitu peduli. Yang penting ia belum boleh mati. Tidak sebelum ia dapatkan kebahagiaan sejati.
Usai berkemas, tanpa mengucapkan apa pun juga Rena angkat kaki dari rumah yang sekarang tak lagi berharga di matanya. Kenangan, masa lalu, cerita indah hidup yang ia jalani bersama mama dan abangnya. Alah, persetan dengan itu semua. Tak ada guna kenangan terus disimpan jika hanya ia seorang yang menganggapnya penting. Mama dan kakaknya masing-masing sudah memiliki keluarga baru. Dan kehidupan mereka tak boleh ia usik.
Semua sudah berakhir.
*