Tuah Kasih

Mfathiar
Chapter #3

Bab 3

Medan, 1995.

“Aku tidak suka perempuan itu!”

Itu reaksi pertama Sahlan muda ketika pertama kali masuk sekolah SMA dan didudukkan sebangku dengan Fadhilah.

Kalimat yang ia ucapkan dengan penuh kemarahan setiap kali teman-temannya mengatakan mereka sebagai pasangan yang serasi. Tentu saja itu hanya sebuah ejekan. Disebut serasi karena keadaan mereka yang saling bertolak belakang. Dilihat dari segi manapun tidak ada yang pas. Sahlan selalu datang terlambat, kadang bolos, sering tidur di kelas, dan tidak pernah mengerjakan PR. Sedangkan Fadhilah justru kebalikannya. Ia tidak pernah terlambat, tidak pernah absen, dan buku catatannya selalu penuh. Perbedaan yang paling mencolok adalah Fadhilah selalu juara kelas sedangkan Sahlan rangking paling belakang nyaris tidak naik kelas.

Selama mereka satu kelas dan duduk bersebelahan, Sahlan selalu bersikap acuh tidak acuh. Dia sama sekali tidak perduli apakah Fadhilah mengajaknya bicara atau tidak. Seingatnya Fadhilah hampir tidak pernah mengajaknya bicara sejak ia bentak karena membangunkannya di waktu pelajaran berlangsung. Ia menganggap Fadhilah terlalu mencari muka dan sok mengatur. Meskipun ia sadar posisi Fadhilah adalah ketua kelas.

Mereka mulai akrab setelah suatu malam Fadhilah memergoki Sahlan berjualan nasi goreng di kaki lima. Gerobak makanan itu menjadi saksi pertemuan mereka.

“Dua bungkus nasi goreng ya, Bang.”

Pandangan mereka bertemu.

Karena terkejut dengan apa yang ia lihat, Fadhilah reflek melepaskan tarikannya pada celana panjang yang dilakukannya untuk menghindari genangan air. Hujan rintik masih turun meski tidak deras. Sahlan yang sudah melihat Fadhilah dari kejauhan mengangkat wajahnya untuk menantang. Ya, dia memang berjualan nasi goreng, lalu kenapa?

“Kamu Sahlan, kan?”

Terbata Fadhilah bertanya.

Belum sempat Sahlan menjawab, ayahnya datang dari arah samping membawa daun dan kertas untuk membungkus nasi goreng.

"Siapa, Nak? Teman sekolah kamu ya?”

Sahlan kelihatan canggung menjawab pertanyaannya ayahnya tapi tidak dengan Fadhilah.

“Saya Fadhilah, Pak. Kawan sebangku Sahlan.”

"Ooo… ya, ya. Mau pesan apa, Nak?”

“Nasi goreng dua ya, Pak. Jangan pedas.”

Lihat selengkapnya