Tubuhku Tak Salah, Tapi Dunia Menghakimi

Temu Sunyi
Chapter #5

Meja Makan Yang Tak Pernah Penuh


Ada tiga kursi di meja makan rumah mereka. Tapi hanya dua yang selalu terisi.

Yudi jarang pulang, dan kalau pulang, hanya duduk sebentar lalu keluar lagi untuk "cari angin".

Laras memasak seadanya. Nasi yang keras, tahu yang digoreng ulang dari sisa kemarin, dan sambal encer yang ia campur dengan air.

Dito makan pelan. Setiap suapan terasa seperti menelan rasa bersalah—karena ia tahu, uang belanja ibunya selalu pas-pasan.

Pernah sekali, Dito menolak makan karena merasa dirinya hanya membebani.

Laras marah, bukan karena Dito membangkang, tapi karena ia takut anaknya kelaparan diam-diam.

Ia membanting sendok, lalu menangis sambil berucap:

"Kamu tuh gak usah mikirin Ibu! Kamu makan aja, Nak…

makan aja… itu cukup bikin Ibu kuat..."

Dito diam. Tapi sejak malam itu, ia selalu menghabiskan makanannya—meski rasanya seperti menelan bara api.


Pertengkaran di Tengah Malam

Hujan turun deras. Petir menyambar di kejauhan. Rumah kecil itu berguncang oleh suara bentakan.

Yudi pulang dalam keadaan mabuk. Matanya merah, nafasnya bau arak murahan.

Lihat selengkapnya