Tubuhku Tak Salah, Tapi Dunia Menghakimi

Temu Sunyi
Chapter #8

Tak Ada Tempat Untuk Yang Seperti Aku



“Dito, kamu bisa duduk di belakang aja ya. Biar teman yang lain kelihatan,”

kata Bu Fani, guru Bahasa Indonesia, dengan senyum basa-basi.

Dito hanya mengangguk. Ia tahu. Ia selalu tahu.

Tubuhnya dianggap menghalangi pandangan, suara tawanya dianggap terlalu keras, napasnya dianggap mengganggu. Bahkan diamnya pun mengusik.

Saat ia hendak menuju bangku belakang, sepatu kanannya tersandung kaki kursi. Tumpah semua isi tasnya—buku, pensil, kotak makan bekas.

Dan saat itu terjadi, satu suara melengking dari sudut kelas:

“Gempa, lariii!”

Tawa meledak. Suara meja bergoyang karena pukulan tangan yang tak sanggup menahan geli.

Dito menunduk. Pelan-pelan ia punguti semua barangnya. Tapi tangannya gemetar.

Matanya mulai kabur. Bukan karena marah, tapi karena malu yang membatu.

Anisa duduk diam di barisan depan. Tak berkata apa-apa. Hanya menoleh sebentar. Lalu kembali menghadap ke depan.

Lihat selengkapnya