Tubuhku Tak Salah, Tapi Dunia Menghakimi

Temu Sunyi
Chapter #9

Dunia Yang Selalu Menutup Pintu



Dito mencoba kerja lagi. Ia mengetuk pintu toko bangunan, warung, bahkan kios fotokopi.

Semuanya menolak.

“Ada yang lebih kurus, lebih gesit, Nak…”

“Kita butuh yang lincah, bukan yang bikin barang pecah…”

“Takut pelanggan kabur…”

Dan di ujung penolakan, selalu ada senyum palsu—senyum yang terasa seperti menampar pelan pipinya.

Di halte, ia duduk sendirian, menatap jalanan yang hiruk-pikuk.

Orang-orang berlalu dengan tujuan, dengan pakaian rapi, dengan tawa yang tak dibuat-buat.

Dito menulis lagi di buku kecilnya:

“Mereka bilang surga di bawah telapak kaki ibu.

Lihat selengkapnya