Tubuhku Tak Salah, Tapi Dunia Menghakimi

Temu Sunyi
Chapter #10

Tertawa di Tengah Luka



Langit masih gelap saat Dito bangkit dari tikar lusuh yang dulu dibentangkan ibunya setiap malam.

Rumah itu sunyi, terlalu sunyi sejak Laras dimakamkan.

Bau sabun cuci yang dulu menyelimuti dapur kini digantikan aroma lembab dan dingin yang menusuk tulang.

Dito menyambar karung kosong dan tali tambang. Ia berjalan menuju pasar dengan langkah berat—

bukan karena letih, tapi karena ia tahu, hari ini akan sama: melelahkan dan sepi.

“Buruan, Dit!

Karung sebelas ke toko Bu Rika!”

seru salah satu mandor pasar.

Dito mengangguk tanpa suara. Ia angkat karung bawang dua kali lipat berat tubuhnya.

Bahunya sudah lebam, tangannya mulai kapalan. Tapi yang ia takutkan bukan sakit fisik.

Yang ia takuti adalah pulang ke rumah dan menemukan tidak ada yang menunggunya.

Lihat selengkapnya