Tubuhku Tak Salah, Tapi Dunia Menghakimi

Temu Sunyi
Chapter #14

Panggung Terakhir Seorang Badut


Ruang aula dihiasi meriah. Warna-warni bendera menggantung dari langit-langit,

seperti tawa-tawa palsu yang bergelantungan di udara.

Satu per satu siswa datang, menggandeng ayah dan ibu mereka.

Beberapa mengenakan batik seragam keluarga, beberapa membawa bunga. Semuanya tersenyum.

Di sudut aula, Dito duduk sendirian.

Kursi di sampingnya kosong. Sama seperti setiap pagi ulang tahunnya.

Sama seperti setiap malam setelah ibunya, Laras, pergi selamanya.

Tak ada yang memeluknya hari itu. Tak ada tangan ibu yang membetulkan kerah bajunya.

Tak ada suara yang membisik, “Ibu bangga, Nak.

Yang ada hanya suara Pak Rudi:

“Dito! Siap-siap ya.

Kamu kita tunjuk buat kasih pidato penutup.

Kamu paling lucu. Bikin suasana jadi pecah ya, seperti biasa!”

Dito mengangguk, tersenyum. Senyum andalannya.

Senyum yang dibentuk dari pecahan luka, dibingkai tawa pura-pura.

Padahal dadanya menganga. Jiwanya tercecer entah di mana.


Lihat selengkapnya