Tubuhku Tak Salah, Tapi Dunia Menghakimi

Temu Sunyi
Chapter #16

Di Antara Makam dan Nafas Terakhir


Aula sekolah masih bergema oleh keheningan.

Ember-ember pedih itu menggantikan tepuk tangan yang dulu berpindah tangan dari kesedihan.

Dito melangkah turun dari panggung.

Langkahnya berat, seakan setiap inci lantai menolaknya untuk pergi.

Di antara bisik-bisik siswa dan tetesan air mata orang tua,

satu hal jelas: mereka baru saja mendengar jeritan luka yang selama ini dipaksa disamarkan tawa.

Tanpa menoleh, Dito berjalan keluar.

Hanya satu tas lusuh di punggungnya—tas penuh bekal pura-pura kuat—dan secarik kertas terlipat di saku baju.


Jalan yang Teramat Sunyi

Lihat selengkapnya