Tuhan dan Surga

Oleh: Qarina R Jussap

Blurb

Nariya terkejut dengan genggaman tangan suaminya yang tiba-tiba datang ketika ia duduk disebuah gajebo yang berada disebuah Vila. Ia menikmati pemandangan langit biru dan hamparan hijau kebun teh. Ia iri kepada langit yang terus mempertahankan Biru dan tetap indah bahkan tidak pernah bosan untuk dipandang.

Nariya juga ingin seperti langit, ia menggunakan caranya untuk mempertahankan hati dan tekadnya. Namun ia tidak menyangka. Langit yang selalu terlihat biru dan cerah, terkadang tertutupi awan mendung bahkan cahaya matahari juga tidak dizinkan untuk bersinar.

"Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Kau tidak perlu sedih. Aku sudah melihat perjuanganmu selama ini." kata sang Suami Abiyanta sembari merangkulnya dari samping.

"Maafkan aku yang telah gagal," balas Nariya menggenggam tangan sang suami dan bersandar dipundaknya.

"Kita tidak pernah gagal, karena selama ini kita sudah berusaha, bahkan tidak pernah berhenti mendukung dan menasehati. Mereka bukan anak kecil yang setiap ucapan dan langkahnya terus diperingati. Sekarang kita sudah tua, kita sudah tidak punya waktu untuk urusan dunia. Asalkan bersamamu mari kita cicil untuk membuat jembatan agar bisa bersanding dengan-Nya ditempat yang paling Mulia," ujar Abiyanta

Abiyanta sukses membuat Nariya terharu dan berurai air mata, karena selama ini hanya Abiyanta yang bisa menunjukkan, mendukung dan menghargai seorang Nariya.

Lihat selengkapnya