Tuhan dan Surga

Qarina R Jussap
Chapter #2

Dunia ini. Hadiahmu.

(Manusia hanya bisa merencanakan, karena Tuhanlah yang mempunyai kuasa untuk memutuskan)

Assalamualaikum Nana... Nana... 

Tok... Tok... Tok...

Nana...

Abiyanta terus mengetuk ngasal pintu rumah minimalis Type 45 disebuah komplek perumahan. Dengan gusar ia terus menerus mengetuk pintu yang tidak kunjung dibuka oleh si empunya rumah. Baju kemejanya tidak rapi, dasinya tidak karuan bahkan ia tidak memarkir mobil dengan benar.

"Ya, sebentar," terdengar suara dari dalam rumah.

Tidak lama, pintu yang ditunggu akhirnya terbuka juga.

"Ada apa Tata?" tanya wanita yang tak lain adalah istrinya yang lebih gusar dan khawatir melihat penampilan suaminya yang berantakan. "Kau baik-baik saja?"

Tanpa mendengarkan Nana, Tata langsung memeluknya, ia terlihat bahagia dibalik kegusarannya. Bahkan ia menangis dan tidak berhenti memeluknya. "Apa benar yang dikatakannya?"

"Dikatakan siapa? Kau jangan membuatku takut," kata Nana.

"Hatia memberitahuku kalau kau sudah positif hamil. Dan aku... Aku akan menjadi ayah," kata Tata tersenyum dan menangis bersamaan, ia tidak menyangka akan mendapatkan kejutan yang tidak ia bayangkan akhirnya terjadi. Keinginan yang sudah ia pasrahkan kepada Tuhan yang mengendalikan kehidupan. Bukan berarti karena ia menyerah, tapi beberapa hal bukanlah ia yang memegang kuasa, meski keinginan besar rela ia tukar dengan apapun.

Nana menatap suaminya. Ia juga ikut menangis bukan karena hanya ia akan menjadi seorang ibu, tapi melihat realita kebahagiaan yang ditunjukkan suaminya begitu mengharukan dan menghanyutkan hatinya. Ia terbawa suasana dan memegang kedua pipi Tata dengan kedua tangannya. "Iya, selamat kau akan menjadi ayah. Maaf aku tidak langsung memberitahumu, karena aku tahu betapa inginnya kau menjadi seorang ayah, aku tidak ingin mengganggu pikiranmu yang sedang bekerja. Aku pasti akan mengatakannya ketika kau pulang bekerja nanti."

Tata membalas dengan menggenggam tangan Nana yang masih menyentuh pipinya. "Terima kasih karena kau telah memberikan kebahagiaan lagi untukku." Tata mengecup keningnya dan memeluk Nana erat.

"Aku bersyukur kepada Tuhan, karena Ia telah mempercayakan kepada kita seorang anak. Bantu aku untuk menjaganya." kata Nana dalam pelukan Tata.

"Apa yang kau katakan, aku pasti akan membantumu. Justru aku yang berterima kasih kepada Tuhan karena telah mengirimmu kepadaku." jawabnya.

"Iya, kita akan menjaganya bersama."

Setelah mendengar kabar dari Hatia, teman dekat Nana sekaligus orang yang sudah Nana anggap keluarganya. Tata langsung meminta izin kepada atasannya untuk pulang lebih cepat setelah mendapat pesan SMS yang sebelumnya jarang sekali ia buka, Tata yang fokus kerja menopang dagu reflect memegang HP dan membuka SMS karena mendengar bunyi ringtone HPnya dan tidak ia sangka pesan itu dari Hatia. Pesan yang membahagiakan dan tidak sanggup ia tahan untuk mengetahui langsung dari mulut sang istri, padahal jam pulang sisa setengah jam lagi. Namun Tata tidak peduli dan ingin cepat pulang.

Hatia dianggap kakak kandung oleh istrinya yang sudah mengajari banyak hal kepada Nana, bukan hanya tentang kehidupan saja, melainkan cara bersikap untuk menghadapinya. Bisa dibilang Hatia adalah orang yang banyak berkontribusi mengubah kehidupan Nana menjadi lebih baik. Karena Hatia juga Nana tidak sengaja bertemu dengan Tata yang menjadi suaminya yang sekarang, Abiyanta yang dipanggil oleh Nana dengan sebutan Tata yang merupakan sebutan kasih sayang antara mereka berdua.

Tata tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kebahagiaan berlimpah, kebahagiaan yang sebelumnya tidak pernah ia harapkan, bahkan terlalu mustahil untuk ia bayangkan. Tata bersyukur karena dipertemukan dengan Nana yang mau menerimanya, meski tidak mudah dan perlu waktu untuk mendapatkannya. Bagaimanapun mereka bagaikan Langit-Bumi, Malaikat-Iblis, dan juga Cahaya-Gelap. Mereka memiliki pemikiran masing-masing yang mmebuat mereka merasa tidak pantas untuk bersanding.

Lihat selengkapnya