Tuhan, Boleh Ya, Aku Tidur Nggak Bangun Lagi?

Athar Farha
Chapter #1

Surat Pertama: Lembar Damai Sentosa Untuk Kamu

Dua puluh empat tahun bungkam dan membohongi diri. Rupanya seperti hitungan bom waktu, yang meledak dan menghancurkan setiap dinding. Puing-puingnya berserakan.

Ada yang peduli dan mengurus puing-puing itu, ada yang cuma menonton bagaimana sisa ledakan disingkirkan. Sama seperti setiap lapisan emosiku yang telah berguguran dan berserakan.

Apakah nantinya kamu akan mengerti atau hanya sekadar mau tahu saja? Untuk kamu, jangan cepat-cepat menyimpulkan dan menilai hidupku sebelum mengetahui secara tuntas.

—Damai Sentosa —


Lihat selengkapnya