Tuhan, Boleh Ya, Aku Tidur Nggak Bangun Lagi?

Athar Farha
Chapter #35

Bagian Sidang Ketiga Atas Kesaksian Barzah

Persidangan masih berlanjut. Dengan mantap, Laras melanjutkan sidang dengan memanggil saksi berikutnya, Barzah. Gue agak terkejut untuk bagian yang ini. Laras memang pernah membahas soal buku catatan Ustaz Nur yang ditemukan Barzah, tapi gue tak menyangka bakal dihadirkan hari ini juga.

Barzah melangkah maju dengan langkah yang tenang, meskipun hatinya mungkin dipenuhi kegelisahan. Dia memperkenalkan dirinya dengan suara yang tenang, setelah bersumpah, sebelum Hakim Ketua bertanya. “Nama saya Barzah, dan saya di sini untuk bersaksi atas bukti yang saya rasa sangat penting untuk kasus ini,” ujarnya sambil menunjukkan buku yang dipegangnya.

Gue kira buku itu bakal Laras yang pegang. Atau jangan-jangan, sengaja Laras berikan lagi ke Barzah untuk mendramatisasi sidang? Entahlah. Dan sepertinya, kawan-kawan lainnya—Senot, Ismail, dan Bambang—tampak tidak terlalu terkejut. Mungkin mereka sudah saling berunding terkait penemuan bukti itu.

Hakim Ketua pun bertanya. Entah berapa pertanyaan yang dilontarkan. Namun, setelah Hakim Ketua selesai mengajukan pertanyaan dasar, jaksa mulai menggali lebih dalam, dengan suara tajam dan nada penuh tekanan yang tampaknya membuat Barzah sedikit terguncang. Tatapan Barzah sempat bergeser ke arah Laras, seakan-akan mencari dukungan, tapi dia tetap berusaha tenang, menjawab satu per satu pertanyaan dengan sebaik mungkin, walaupun kadang terlihat ragu.

Pengacara Gita, dengan gestur penuh otoritas, mulai berbicara dengan nada yang terdengar emosional, mungkin dengan harapan membuat Barzah goyah. “Saudara Barzah,” tanyanya dengan nada tegas, “Sejauh mana Anda yakin bahwa buku catatan ini asli? Bagaimana jika ini hanyalah rekayasa untuk membela terdakwa?”

Gue melongo melihat Pengacara Gita bertanya begitu.

Barzah menjawab dengan formal, “Saya yakin ini asli. Buku ini ditulis langsung oleh Ustaz Nur, dan saya menemukannya di tempat yang tidak mungkin diakses oleh orang lain selain kami yang mengenal lingkungan itu dengan baik. Saya paham tulisan Ustaz Nur. Lebih-lebih ini ditemukan di ruang masjid. Bukunya jelas tentang Ustaz Nur yang di dalamnya mengungkap, dirinya tertarik bukan hanya pada Damai, tapi juga ke lainnya yang kebanyakan laki-laki.”

Pengacara Gita kembali mendesak dengan pertanyaan yang menyudutkan, membuat Barzah terlihat semakin tertekan, tapi Barzah tetap bertahan, menjelaskan sedetail mungkin peristiwa penemuan buku itu.

Laras akhirnya menginterupsi, dan mengambil alih. Hakim Ketua dengan penuh pertimbangan, memutus aksi Pengacara Gita.

Lihat selengkapnya