Tuhan di Persimpangan Jalan

Endang Hadiyanti
Chapter #15

Bisakah Berjanji? #Bab 14

Meski sudah diatur dengan saksama, tetap saja jadwal piket kami tidak bisa dipenuhi secara tepat 100%-nya. Beruntung pihak Apotek tidak keberatan selama giliran jaga dua orang per anak magang di malam hari selalu terisi. Siang harinya lebih fleksibel, satu orang saja sudah cukup bagi pihak Apotek. Sebagai satu-satunya perempuan, aku jadinya lebih banyak menghabiskan waktu untuk piket di siang hari dibandingkan teman lainnya, karena satu kalipun tak diberi giliran jaga malam oleh mereka.

Hari Minggu ini untuk pertama kalinya aku masuk siang dan Ben libur. Meski begitu dia berjanji akan menjemputku nanti sepulang dari gereja.

“Aku duluan, ya. Nunggu di luar aja,” pamitku pada Deki dan Ridwan yang sedang sibuk meletakkan barang-barang mereka di loker.

“Tapi ‘kan Ben belum datang,” komentar Deki.

“Enggak apa-apa. Paling enggak lama lagi dia datang. Aku pengen lihat-lihat baju di distro depan, siapa tahu ada yang bagus,” jawabku sembari melirik ke arah luar. Distro kecil berukuran tidak lebih dari 3x4 meter itu, bagian dinding belakangnya menempel pada salah satu sisi bangunan Apotek ini. Sudah lama aku tertarik dengan keramaian di sana, tapi tak pernah punya waktu untuk singgah.

***

Pandanganku tertuju pada satu baju kaus oblong yang kelihatannya cocok dipakai Ben, sampai-sampai tidak menyadari ada orang lain di lorong tempat pakaian ini terpajang.

Bruk! Tubuh kami bertabrakan cukup kuat.

“Ma-maaf,” ucapku sembari mengambil pakaian pilihanku yang terjatuh di lantai.

“Ada yang bisa dibantu, Kak?” Kasir jangkung yang berada tak jauh dari kami terlihat khawatir.

“Enggak, semua aman, kok.” Lelaki yang kutabrak itu mengeluarkan suara yang familier.

“Hai, lama enggak ketemu.” Dia melepaskan topi yang menutupi sebagian wajahnya.

“Oh. Hai, Dj,” sapaku sembari melepaskan hanger dan melipat baju yang sudah kembali berada di atas tanganku.

“Baguslah kalau kamu ingat namaku.” Dia mengedipkan mata.

“Temanmu ‘kah? Kenalin, dong.” Tak kusangka kasir yang tadi stand by di tempatnya ternyata bergegas menyusul kami. Lelaki berkulit kuning langsat itu sepertinya sudah mengenal si Dj ini dengan cukup dekat.

“Kami sudah lama pengen kenalan, tapi takut … banyak bodyguard-nya.” Seorang lelaki lain dengan badan mungil tapi berotot di kedua pangkal lengannya, menyusul di belakang si Jangkung.

Lihat selengkapnya