“Kamu yakin, ikut bahagia juga?” tanya Ben di seberang telepon.
“Sangat yakin! Selamat, ya …,” ucapku tulus.
“Tapi, aku ngerasa enggak enak, nih, lebih dulu nikah daripada kamu. Kesannya, kok, seperti aku yang ninggalin kamu, yah?”
“Enggak apa-apa, toh waktu pestanya mbak Wid memang kamu duluan yang berhasil dapat kembang kantilnya.” Aku tertawa kecil di ujung kalimat.