Natasya adalah salah satu wanita yang menjadikan hidupku sedikit berarti. Disaat aku merasa tersiksa oleh cemohan Bu Zulkarnain, Dia dan ayahnya datang sebagai puing-puing pelengkap hidup. Natasya memberikan kekuatan barunya untuk kujadikan energi dalam menghadapi waktu ke waktu. Dia adalah saudara tiriku. Namun, sifatnya, ia mengikuti ayahnya, tidak dengan ibunya yang bernama Bu Zulkarnain.
Suatu ketika, seorang pemuda bernama Alvin Prasetyo hendak menemuinya. Pemuda itu berasal dari Jakarta, termasuk orang yang berkecukupan. Pada waktu itu, Natasya berangkat ke kantornya. Dia kecelakaan, tertabrak mobil hingga merenggut ingatannya.
Melalui akun facebook, Alvin adalah pemuda yang mendapatkan banyak pelajaran berharga perihal arti kehidupan dari Natasya. Hingga obrolan mereka dalam akun tersebut menumbuhkan rasa cinta, menghiasi relung-relung hati. Apatah lagi laki-laki kesepian seperti Alvin. Siapapun itu, walau lewat facebook, ketika kata-kata cinta terumbar, maka akan menumbuhkan benih-benih cinta di hati. Itulah yang terjadi antara Alvin dan Natasya.
Akhirnya, Alvin berhasil melupakan masa lalunya, dan berniat menemui Natasya di Makassar. Natasya merasa bingung atas keinginan pemuda itu. Dia merasa berdosa. Betapa tidak? Foto yang dipasang sebagai foto profil di facebooknya adalah fotoku. Maka, Natasya berpikir bahwa mungkin saja pemuda itu ingin menemui wanita dalam facebook, bukan kepadanya.
***
Deretan hembusan angin menari-nari di luar sana. Sambil tertawa-tawa mereka menciptakan not, hingga not-not itu menghasilkan syair lagu-lagu rindu bertemu Tuhan. Sementara cahaya gelap telah menampakkan dirinya yang sungguh pekat, hitam, kaya akan kegelapan. Namun, manusia mesti bisa memahami bahwa kegelapan adalah bagian dari kehidupan. Kegelapan tidak akan muncul ketika terang tak ada, keduanya akan selalu datang beriringan.
Nada-nada itu akan berselingkuh sehingga para pendengarnya akan merasakan dua kemungkinan, apakah para pendengar akan menikmati lagu hingga menghilangkan rasa penat, ataukah sebaliknya, yang justru akan menambah beban di hati. Seperti itulah perasaan, kadang kita mampu memahaminya, mampu mengalirkannya sesuai fitrah, dan kadang pula kita tak mampu mendefinisikannya. Itu karena kita seumpama sebutir embrio yang belum tahu apa-apa selain membawa fitrah, apakah fitrah itu akan kita bawa ke arah negatif ataukah positif. Kupahami demikian.
Kadang manusia merasa kehilangan oleh karena tersimpan sejuta butir-butir rasa yang bercampur jadi satu. Rasa rindu yang datangnya beriringan, rasa senang oleh karena tercapainya keinginan, rasa lelah, stress, putus asa, optimis, dan masih banyak lagi rasa-rasa lainnya yang terkadang membuat kita sulit ataupun mudah mengartikannya. Tergantung diri kita sendiri yang menjadikannya berarti. Natasya adalah salah satu manusia yang merasakan butir-butir perasaan itu. Terlebih lagi dengan keadaan dirinya yang seringkali merasa lemah, sangat lemah. Dan ketika ia merasa lemah tak berdaya, ia meraih diarinya. Ia menuliskan segala curahan hatinya di sana.
Natasya merasa kehilangan oleh karena aku sudah tidak bersamanya lagi. Ia begitu merindukanku, merindukan candaan yang dimiliki saudara angkatnya. Malam itu, ia mengenang butir-butir peristiwa yang telah menemani hari-harinya bersamaku. Termasuk pemuda di facebook beberapa bulan yang lalu. Mengenang pemuda itu, ia tersenyum-senyum sendiri. Natasya tak sadar kalau ternyata dinding-dinding kamarnya memperhatikan sedari tadi, sejak ia tersenyum-senyum. Angin yang membelai membuat pikirannya melayang memikirkan pemuda yang dicintainya itu, hingga ia akhirnya membuka facebook-nya. Lalu membaca ulang inbox yang masih tersimpan sejak lama.
Alvin Prasetyo: Haiā¦ boleh kenalan?
Natasya: Boleh. Salam kenal dariku. Assalamualaikumā¦ hehehe
Alvin Prasetyo: Ehh, lupa. Seharusnya aku yang memberi salam. Waalaikum salam wr. wb.
Natasya: ^^
Alvin Prasetyo: Ini fotomu?
Natasya: Apakah gambar itu penting untukmu?
Alvin Prasetyo: Nggak juga sih, eh, kamu tinggal di mana?
Natasya: Aku tinggal di sudut Kota Sinjai. Kamu?
Alvin Prasetyo: Di mana itu Sinjai? Aku di Jakarta. Kamu hobinya apa?
Natasya: Banyak, susah disebutkan satu persatu. Sinjai itu adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, Makassar.
Alvin Prasetyo: ^^ Kamu lucu juga, ya?
Natasya: Lucu? Nggak, aku biasa saja. Maksudnya aku dikatakan lucu, bagaimana?
Alvin Prasetyo: Lupakanlah! Kita bahas yang lain. Nggak apa-apa, kan? Aku nggak mengganggumu, kan?