Tuhan, Jaga Dia untukku

Kim Sabu
Chapter #3

Diari Natasya

Sebenarnya, aku mampu memahami perasaan pemuda itu, juga perasaan Natasya. Mereka berkenalan hanya lewat facebook, tak ketemu langsung, tapi cinta pemuda itu sangat kuat. Salut aku dengan kekuatan cintanya. Dia tak ingin meninggalkan Natasya hanya karena wanita yang dicintainya itu sedikit amnesia pada sebuah kecelakaan.

Awal kedatangan pemuda itu, Natasya sudah dirawat inap di Rumah Sakit. Ia hendak bertemu dengan gadis pujaan hatinya. Ia berusaha mencari alamat yang diberikan Natasya kepadanya tempo hari melalui akun facebook.

Tak butuh waktu lama, begitu tiba di Makassar, ia langsung mencari alamat yang dituju. Akhirnya, dia bertemu Pak Zulkarnain dan istrinya.

“Nama saya Alvin Prasetyo, Pak, Bu!” Katanya memperkenalkan diri dengan sopan.

Pak Zulkarnain dan istrinya tersentak mendengar nama itu. Mereka teringat dengan diari anaknya.

“Alvin Prasetyo, teman facebooknya Natasya?”

“Kok, Bapak bisa tahu?”

“Ia, Nak. Kami sangat bersyukur karena kau berkenan datang kemari, walau sangat jauh dari Jakarta ke Makassar. Semoga kedatanganmu mampu mengembalikan Natasya kepada kami.”

Pemuda itu heran, “Apa maksudnya?”

“Nanti kami ceritakan. Kau ingin bertemu Natasya, kan?”

“Betul, Pak, Bu. Saya ingin bertemu dengan seorang gadis yang telah mengubah hidup saya, namanya Natasya. Dia bilang kalau ini adalah rumahnya. Betul, kami berteman di facebook. Belakangan ini, ia tak lagi pernah membalas pesan-pesan yang saya kirim,” ujar Alvin.

“Dia dirawat di Rumah Sakit untuk saat ini, Nak.”

Alvin membelalak, “Apa yang terjadi dengannya, Bu?”

“Kecelakaan membuat ingatannya terganggu.”

Bagai disambar petir. Itulah yang dirasakan pemuda tampan itu. Disaat dia hendak bertemu seorang gadis yang betul-betul telah ia cintai, malah dirinya itu berada jauh dari ingatan gadis itu. Sungguh, perasaan terjatuh lebih dalam menemaninya sejak saat itu. Ia tekan dadanya kuat-kuat yang mulai merasakan sakit, sakit tak tertahankan. Karena rasa sakit itu, matanya berkaca-kaca. Dalam hatinya, ia berharap agar Tuhan berkenan menyiapkan sebuah kesempatan.

“Antarkan saya menemuinya, Pak!”

“Baiklah!”

***

“Ini adalah diari Natasya, Nak Alvin. Semuanya tertulis di sana.”

Alvin menerima diari itu dengan rasa yang sulit ia artikan. Kemudian ia membacanya di sebuah kursi.

14 Maret 2008

Dear Diari

Hari ini, aku sangat bahagia oleh karena Zazlena menerima lamaran dari seorang pemuda bernama Rudi Anan Mustafa. Seiring berkibarnya bendera kebahagiaan itu di hatiku dan di hati Zazlena, ada sedikit perasaan sedih yang tersimpan dalam sudut hatiku yang paling dalam. Diari, mungkin kau tahu, bahwa aku merasa sedih karena Zazlena sebentar lagi akan meninggalkanku. Dia akan diambil pangerannya. Yang kutakutkan adalah penyakitku ini, Leukemia. Yah, leukemia ini akan merenggut nyawaku, yang entah kapan itu terjadi. Aku takut, sangat takut dengannya.

Diari, aku tak ingin semua orang tahu tentangku ini. Cukuplah aku yang merasakannya. Aku tak ingin memberitahukannya kepada ibu, ayah, juga Zazlena. Aku tak ingin membebani pikiran mereka akan kehadiran penyakitku ini. Aku sangat terpukul akan keputusan dokter kemarin sore. Namun, apalah dayaku menolaknya, toh Tuhan telah menitipkannya buatku. Aku yakin kalau ini adalah bentuk kasih sayang-Nya kepadaku yang hina ini.

Sekian dulu…

Natasya, wanita yang berusaha tersenyum dalam tangis.

***

15 Maret 2008

Diari,

Aku ingin memberitahukan kepadamu satu hal. Hari ini, aku mengenal seorang pemuda di facebook. Ia sangat lucu. Betapa bodohnya pemuda itu karena percaya pada foto profil yang kupajang di sana. Yah, aku memajang fotonya Zazlena. Aku sadar, dan sangat menyadarinya, bahwa Zazlena memang jauh lebih cantik ketimbang diriku. Tapi aku tak pernah iri dengannya. Menurutku, aku mesti mensyukuri setiap pemberian Tuhan kepadaku.

Eh, iya, hampir lupa. Diari, pemuda itu curhat terhadapku. Aku kasihan padanya. Coba bayangkan! Pemuda bernama Alvin Prasetyo itu telah menyiapkan segalanya untuk menuju ke jenjang lebih serius: MENIKAH. Tapi ternyata sang gadis selama ini tidak mencintainya. Cintanya bertepuk sebelah tangan, gadis itu hanya menginginkan hartanya. Pemuda itu sangat terpukul. Siapa bilang tak sakit? Yah sudah pasti adanya rasa sakit itu. Aku prihatin atas keadaan yang menimpa pemuda itu.

Diari,

Lihat selengkapnya