“Congratulation. Selamat ulang tahun, selamat menjadi doktor. Semoga ilmunya berkah.”
Keempat serangkai itu berkumpul di ruang tamu seluas lapangan badminton. Maia menyodorkan kue tanpa lilin yang dibungkus dengan ganache berwarna hitam, warna yang telah menjadi ciri khas Jarvinia.
“Semoga menjadi dosen.”
“Nauzubillah.” Jarvinia menolak mentah-mentah doa dari Rifki, disambut oleh tawa menggelegar Samuel.
“Ada ucapan yang kelupaan.” Jarvinia menatap ketiga sahabat-sahabatnya satu per satu. Ketiganya menatapnya bingung, “selamat 13 tahun untuk pertemanan kita.”
“Ooo iya, kita udah 13 tahun bareng.”
“Hah? Emang kita udah berteman selama itu?”
“Kuenya dipotong dulu boleh nggak?” Samuel menatap kue tersebut nyaris ngiler.
Jarvinia terkekeh. “Boleh boleh. Potong aja potong.”
“Serius, kita udah 13 tahun bareng?” Rifki mengulang pertanyaannya.
“Sejak tahun 2010, berarti benar udah 13 tahun.”