Tuhan, Maaf Saya Jatuh Cinta

ImaRosyi
Chapter #5

Bagian V: 2024

Waktu berjalan seperkedipan mata. Setahun berlalu, dan Jarvinia mulai merasa jenuh bekerja sebagai cyber security. Inilah kebiasaan buruknya sejak dulu: mudah bosan. 


Jarvinia berangan-angan untuk membuka digital marketing agency di Indonesia. Terlalu terlambat rasanya, saat ini sudah menjamur perusahaan-perusahaan digital marketing. Namun, ia punya gambaran bahwa perusahaannya akan sedikit berbeda dengna jasa-jasa digital marketing lainnya. 


Saat ini, sebagian besar agensi digital marketing di Indonesia berfokus pada pembuatan konten sosial media, artikel SEO, dan pembuatan landing page, dan website. Jarvinia berangan-angan untuk menambah layanan yang masih jarang diberikan agensi-agensi tersebut: email marketing, artikel teknis, dan jasa penerjemahan dokumen. 


Jarvinia bermimpi untuk menargetkan klien-klien Eropa, Amerika, dan sebagian Asia. Sementara karyawannya adalah orang Indonesia. Bukan agar dapat membayar karyawan dengan murah, tetapi justru agar ia dapat menggaji karyawannya dengan layak. 


Jarvinia juga berandai-andai, jika digital marketing agensinya sudah besar, ia ingin mebuka layanan penyimpanan fisik server untuk perusahaan-perusahaan pembuatan website, dan penjualan domain dan hosting. 


Pada akhirnya, agensi digital marketingnya barangkali tidak dapat disebut sebagai digital marketing agency karena cakupanya luas. Apapun sebutannya, Jarvinia tahu apa yan akan ditawarkan oleh perusahaannya. Yang belum ia ketahui justru nama perusahaannya kelak. 


Toh, ini cuma mimpi di siang bolong, pikirnya. Namun, jika ia mau, ia benar-benar bisa merelasiasikannya. Jarvinia punya sumber daya yang cukup untuk mewujudkan angan-angannya yang ia anggap sebagai sebatas mimpi di siang bolong.


“Bangkunya kosong, saya boleh duduk sini?” Seseorang berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Jarvinia segera tahu siapa orang itu. Diangkatnya pandangannya dari buku yang tengah ia baca. Tersenyum, ia dapati Farhan sudah berdiri di seberang meja. 


“Silakan.”


“Kebetulan sekali, ya?”


Jarvinia mengangguk dan tersenyum. “Di perpustakaan tidak boleh ngobrol.” Jarvinia setengah berbisik.


Farhan tersenyum lebar. “Oke, my bad. Selamat membaca.”


Keduanya lantas sibuk dengan buku mereka masing-masing. 


Lima belas menit berlalu, Farhan mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya. Melirik buku yang sedang dibaca Jarvinia: The Dino Directory. Farhan mengulum senyum. 


“Kamu masih mengagumi dinosaurus?”


Jarvinia mengangkat pandangannya. Tersenyum. “Aku butuh bacaan yang ringan.” Ia balas melirik buku yang sedang dibaca oleh Farhan. “Coffee Philosophy? Filosofi Kopinya Dee Lestari?”


Farhan membaca nama penulis di sampul buku. “Iya, Dee Lestari. Aku cuma asal ambil, judulnya kelihatamn menarik.”


“Kamu harus baca karya-karyanya yang lain.” Nada bicara Jarvinia terdengar sangat bersemangat hingga volumenya lebih keras dari sebelumnya. Sadar akan hal itu, ia bergegas menutup mulutnya. “Tulisan-tulisan dia bagus banget.” Kini Jarvinia berbisik. 


Farhan terpana, ia tersenyum lebar. “Oke, aku selesaikan dulu yang ini.”


“Aroma Karsa, kamu harus baca itu setelah ini selesai. Selanjutnya baca Supernova. Yang Aroma Karsa tidak berseri. Kalau Supernova ada enam buku.”


“Mika..”


“Ya?”


“Di perpustakaan tidak boleh ngobrol.” Farhan tersenyum jahil. 


Lihat selengkapnya