Tuhan! Mengapa Kau Ambil Ayahku Lebih Dulu?

Dear Deen
Chapter #2

Perkenalan

Hi, kenalin namaku Deen. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Umurku 12 tahun, dan saat ini aku duduk di bangku Sekolah Dasar di salah satu kota yang berada di pulau Jawa. Aku memiliki adik laki-laki yang bernama Tama, dia berumur 5 tahun dan saat ini dia bersekolah di Taman Kanak-kanak.

Aku terlahir dari keluarga sederhana yang sangat harmonis. Haha tentu saja, hal itu karena Ayah dan Ibu jarang sekali bertengkar. Bertengkar beberapa jam saja, nanti sudah baikan lagi. Apakah keluarga kalian juga sama dengan keluargaku? Alhamdulillah selama ini aku hidup dengan berkecukupan. 

Ayah selalu menuruti apa yang aku minta. Tapi, tidak semudah itu juga. Aku pernah meminta uang saku untuk sekolah. Tapi ayah malah menyuruhku untuk mencuci piring terlebih dahulu. Aku juga pernah meminta boneka Dolphin (lumba-lumba) berukuran besar. Tapi, Ayah bilang harus peringkat 1 dulu di sekolah.

Walaupun apa yang aku minta tidak selalu dituruti hari itu juga. Tapi, ayah selalu mengusahakannya. Itulah mengapa aku sangat sayang Ayah. Ayah suka tiba-tiba memberiku kejutan. Aku masih ingat, kala itu hari ulang tahunku dan ayah memberiku jam tangan berwarna pink yang harganya cukup dibilang lumayan mahal untuk anak sekecil aku.

Ayahku sangat sederhana, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Dia sosok laki-laki yang baik, tulus, penyayang, tidak pernah marah, membentak, atau memukulku. Sayangnya, ayah adalah seorang perokok akut.

Ayah hanya bekerja sebagai karyawan swasta. Tapi, posisinya seperti pimpinan di kantor cabang, ayah luar biasa. Dia selalu mengutamakan kebahagiaan keluarga dibanding dirinya sendiri.

Setiap akhir pekan, dia selalu membawa kami berwisata. Walaupun, terkadang hanya membeli nasi bungkus dan jajanan pasar. Lalu, kami memakannya di pantai sambil menikmati keindahan ombak disana. 

Hal yang tidak pernah terlewatkan adalah berkunjung ke rumah kakek nenek yang jaraknya hanya sekitar 2 jam dari tempat tinggal kami. Dengan menggunakan mobil, kami pergi kesana. Ayah, Ibu dan Tama, ada di bagian depan. Sedangkan aku, duduk sendiri di bagian tengah.

Namanya juga bocil, pasti maunya melihat pemandangan di depan mobil. Kalau aku, lebih suka duduk di bagian tengah. Karena, bisa tidur dengan leluasa dan meluruskan kaki. Kami melewati bendungan, jembatan, perkebunan karet dan jalanan yang berkelok-kelok.

Nenek seringkali duduk di depan teras menunggu kami datang. Karena, beliau tahu kami pasti berkunjung kesana setiap minggu.

Kalau ibuku, seorang ibu rumah tangga yang memiliki kerjaan sampingan sebagai tukang cukur, itu bagian dari hobinya. Karena, dulu ibu pernah kursus salon kecantikan. Ibu membuka salonnya kecil-kecilan di depan rumah.

Ibu suka sekali mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan rumah seperti PKK, arisan, panitia posyandu, pengajian, hadroh/ rebana. Nah, kalo soal rebana ibu bertugas sebagai tukang kecrik. Itu loh benda yang berbunyi "crik, crik, crik" kalau digoyangkan menggunakan tangan. Bentuknya setengah lingkaran disalah satu sisinya terdapat bagian untuk pegangan. Jadi, tangan kiri memegang, sambil menggoyangkan kecrikan agar berbunyi.

Ibu juga pandai memasak, semua masakannya enak-enak. Aku menyukainya, hampir semua masakan, ibu bisa membuatnya.

Hal ini dikarenakan, pada saat ibu masih kecil, ibu sering membantu nenek memasak di dapur. Oh iya, ibu juga hobi menulis resep dari youtube atau google ke buku. Tulisan ibu juga rapi, enak dilihat. Sayangnya, ibu tidak pandai mengontrol emosionalnya, mudah sekali tersulut amarah dan ibu sangat keras kepala. Tapi, bagaimanapun dia tetap ibuku hehe.

Adikku Tama berusia 5 tahun, setiap hari dia bersekolah di TK. Tama suka sekali bermain sepeda, saat sore hari sepulang mengaji, dia juga suka sekali meminta jajan sosis, nugget, dan lain–lain. Sampai-sampai, ibu-ibu dan abang-abang yang berjualan hafal dengannya.

Setelah pulang mengaji, Tama selalu berlari ke rumah menemui Ayah. Dan meminta uang 5 ribu rupiah. Harga jajanannya masih 500-an rupiah. Jadi, dia bisa dapat banyak. 

Tama sangat lucu, ramah, putih, dan disenangi orang-orang. Seringkali jika Tama kami bawa ke supermarket, Tama dijadikan bahan mainan dan tidak diperbolehkan pulang oleh mba-mba SPG (Sales Promotion Girl) yang ada disana.

Sayangnya, Tama terlahir premature. Jadi, Tama lumayan sensitif dan dia tidak diperbolehkan minum susu selain dari merk yang dianjurkan dokter. Tama juga suka diam-diam mentraktir teman-temannya di sekolah. Padahal, uang jajan dia juga cuma sedikit. 

Sebelum ibu mengetahuinya, ibu berprasangka bahwa Tama sangat boros. Tapi, setelah adanya pengakuan dari salah satu ibu-ibu penjual gorengan sosis yang ada di TK-nya, ibu tahu bahwa uang saku Tama dibelanjakan untuk mentraktir teman-temannya, haha, ada-ada saja kelakuannya.

Keberadaan Tama, membuat warna baru di hidupku, aku yang meminta Tama ada di dunia ini. Karena, jujur saja aku iri sekali dengan teman-temanku yang memiliki saudara kandung. Apalagi ibu pernah bercerita, bahwa sebenarnya aku memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Krisna. Sayangnya, dia gugur di dalam kandungan.

Saat aku telah menyelesaikan Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar. Nilaiku cukup memuaskan, dan aku berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Favorit yang ada di kotaku. Ada beberapa tetangga yang anaknya sudah lebih dulu masuk sana.

Pada suatu sore, saat adzan maghrib tiba. Ayah mengajakku ke Masjid. Lalu, tidak sengaja kami bertemu dengan seorang bapak yang memiliki anak perempuan juga dan ternyata mereka adalah tetangga kami. 

Anak dari bapak ini bersekolah di SMP favorit yang aku inginkan. Lantas Bapak ini tiba-tiba bertanya

"Habis ini mau sekolah dimana?" tanya si bapak.

"Di SMP favorit pak," jawabku.                          

"Haha masuk sana susah, ga segampang kelihatannya, apalagi biayanya mahal," ucap bapak itu dengan nada mengejek.

Lalu aku menjawab, "kalau enggak nyoba, enggak bakal tahu hasilnya seperti apa pak. Kalau soal rejeki mah ada aja," jawabku dengan senyuman kecil.

Lalu, kami melanjutkan perjalanan ke masjid.

Lihat selengkapnya