Tuhan! Mengapa Kau Ambil Ayahku Lebih Dulu?

Dear Deen
Chapter #9

Ramadhan Tiba

Tak terasa, sudah tiba saatnya bulan suci Ramadhan. Aku dan keluarga, menjalankan ibadah puasa. Setiap bulan ramadhan, kami selalu excited (bersemangat) untuk menyambutnya. Tamapun ikut belajar berpuasa meskipun setengah hari.

Saat Sahur.

“Bangun Deen, sahur dulu.” ucap ayah.

“Heem, iya.” ucapku. Aku mencoba membuka mata dengan keadaan masih terbaring di atas kasur.

“Mau sahur apa ini? ibu gak sempat masak. Sepertinya, gak keburu.” ucap ibu.

“Ya sudah, ayah beli di luar saja. Kalian mau apa? Deen ikut tidak?” tanya ayah.

“Gak mau, masih ngantuk.” ucapku.

“Pecel lele terminal, sepertinya masih buka yah.” ucap ibu.

“Kalau gak ada, sedapatnya saja ya.” ucap ayah.

“Iya yah gakpapa.” ucap ibu.

Ayah bergegas keluar rumah mengendarai motor untuk membeli makan sahur.

“Deen, ini susunya. Diminum, biar kuat nanti puasanya.” ucap ibu.

“Nanti bu, masih panas.” ucapku.

Tama tiba-tiba terbangun dan merengek – rengek mencari ibu. Sementara itu, ayah sudah kembali ke rumah.

Kamipun akhirnya makan sahur bersama dan menjalani aktivitas seperti hari - hari biasanya. Saat adzan maghrib tiba, kamipun berbuka puasa, sholat maghrib berjamaah di rumah, dan tarawih di masjid dekat rumah.

Keesokan harinya .…

Ibu tengah sibuk di dapur mempersiapkan makan sahur. Ayahpun sibuk dengan dirinya sendiri.

“Ibu, cepat ayo. Mana ini makanan buat dibawa ke masjid?. Pagi ini ayah jadi panitia membangunkan orang sahur. Ayah mau makan disana bersama bapak - bapak yang lain.” ucap ayah.

“Iya sebentar, ini ditata dulu di piring.” ucap ibu.

“Peci ayah dimana ya bu? kemarin ayah taruh sini.” ucap ayah.

“Belum tua kok pelupa, disitu lah yah, di tempat biasa. Masa pecinya bisa jalan sendiri berpindah tempat.” ucap ibu.

“Lah, ini yang naruh peci disini siapa?” tanya ayah.

Lihat selengkapnya