Ini kisahku.
Aku memberanikan diri menuliskannya, karena aku tahu, ini akan jadi alat bukti paling penting bagi kedua anakku kelak, Salsa dan Arhan yang kini masih berusia sangat belia. Salsa, anak pertamaku masih berusia enam tahun, sedangkan Arhan tiga tahun. Usia di mana, mereka masih buta akan masalah yang kini terjadi, hingga membuat sang ibu harus meneteskan air mata hampir di setiap waktu.
Dulu aku menangis di belakang keduanya, menantikan sosok yang kurindukan yang lenyap entah ke mana. Namun kini setelah semuanya terlihat jelas, aku tak lagi mampu menahan kesedihan. Aku menangis, dan tangisanku pecah di hadapan keduanya yang hanya bisa melihatku bingung. Salsa yang seolah paham, pun ikut menangis. Sedangkan Arhan, hanya bisa memelukku sembari sesekali menatapku datar.
Rayyan, suamiku, bukan pria yang buruk. Sikapnya selalu saja membuat aku kagum hingga tak pernah ada keburukan dalam dirinya. Tujuh tahun kami menikah, tak pernah sekali pun dia membuatku menangis murni karena kesalahannya. Kalau pun ada, kata maaf dengan cepat terurai dari lidahnya, dan bisa dijamin kesalahan itu tak lagi dia lakukan.
Selain suami yang baik, dia pun ayah yang baik. Bekerja di salah satu bank swasta, tidak membuatnya abai dengan tumbuh kembang anak-anak kami. Walah lelah hingga, Mas Rayyan selalu menyempatkan diri bermain dengan keduanya, walau sesekali kutemukan dia menguap lebar saat bermain dengan buah cinta kami.
Aku beruntung, ya sangat. Tak henti-hentinya aku bersyukur pada Sang Pencipta, karena sudah dititipkan suami seperti Mas Rayyan, dan anak-anak lucu seperti Salsa dan Arhan. Rasanya aku tidak pernah mengeluh akan semua yang aku dapatkan dalam hidup. Hadirnya Mas Rayyan mampu menebus semua perjuangan yang aku alami sebelum menikah. Hidup tanpa sentuhan ayah, membuatku merasa kembali utuh saat Mas Rayyan hadir di hidupku. Dia bukan hanya bisa menjadi suami, bahkan pengganti ayah untukku. Sosok ayah yang dengan begitu teganya pergi bersama wanita lain, hingga ibuku sendiri harus hancur dan mendekam di rumah sakit jiwa, hingga saat ini.
Dan inilah kisahku.
Semoga ada pelajaran dalam kisahku.
***
*SATU TAHUN LALU*