Kubuka pintu kamar, dan ku temukan ketiga cintaku sedang bergelut di atas tempat tidur. Aku tersenyum, melangkah masuk membawakan tiga gelas minuman untuk ketiganya, dua susu cokelat, dan satu air mineral. Aku duduk di tepi tempat tidur, meminta ketiganya yang saling bercanda untuk berhenti sesaat, agar bisa menikmati minuman yang aku bawa.
"Minum susu dulu anak-anak," pintaku kedua kalinya yang kali ini langsung dituruti. Mas Rayyan yang turut membantu, membuat keduanya berhenti bermain lantas duduk di sampingku. Aku memberikan segelas susu ke Salsa, dan segelas untuk Arhan yang sudah tidak mau lagi pakai dot minuman, melihat sang kakak yang sudah memakai gelas. Dan gelas terakhir untuk Mas Rayyan.
"Mas gak dapat susu?" candanya yang padahal alergi susu.
"Kagak, kamu sudah jadi bayi gedek, bukan bayi mungil lagi," candaku yang langsung disusul tawa dari Salsa.
Mas Rayyan berpura-pura merajuk, lantas meminum air mineral yang aku bawa hingga habis. Sedangkan Salsa dan Arhan, seolah saling berlomba satu sama lain.
"Pelan-pelan minumnya, Salsa, Adek."
Keduanya tertawa. Salsa berseru saat minumannya habis, sedangkan Arhan yang memang sedikit lebih lama meneguknya, malah ikut berseru tanpa mengerti apa pun. Mas Rayyan tertawa melihatnya.
"Oh iya, besok biar Mas aja yang antar Salsa ke sekolah ya?" ucap Mas Rayyan tiba-tiba yang membuatku mengerutkan kening. Sesuai rencana, Salsa akan diantar bersama-sama sampai hari ketiga sekolah, tapi secara tiba-tiba Mas Rayyan malah mengubah rencana.
Bukan hanya aku yang merasa bingung dengan perubahan rencana Mas Rayyan, Salsa sendiri pun tampak bingung. Gadis cantik itu malah langsung menoleh ke sang Appa dengan ekspresi bingung walau bibirnya tampak manyun tanda kecewa.
Aku memperhatikan Salsa sesaat, tak tega rasanya melihat gadis cantik berponi depan menutupi seluruh keningnya itu kecewa seperti itu. Kembali ku pusatkan pandangan ke Mas Rayyan yang tampak berbicara dengan Arhan yang belum menghabiskan susunya.