TUHAN, PELUK AKU SESAAT

Mahfrizha Kifani
Chapter #8

Chapter 8 - DIA YANG SELALU ADA

"Sekarang kamu puas, Mbak?! Kamu viral!!!"


Bentakan Raya di pagi hari membuat aku harus memeluk Salsa yang tampak ketakutan. Aku yang berniat pergi ke toko bersama Arhan, Salsa dan Ibu, tiba-tiba di hadang Raya yang datang tiba-tiba bersama Aldo. Aldo berusaha menenangkannya, namun berulang kali pria malang itu harus terkena bentakan istrinya sendiri. Kulirik Arhan yang langsung dialihkan Ibu ke Mbok Minah untuk di bawa menjauh dari tempat kejadian. Sedangkan Salsa, tetap Keukeh di tempatnya walau berulang kali sang nenek memintanya pergi.


"Mana, dengan viralnya unggahan Mbak, apa Mas Rayyan ketemu? Enggak kan?! Malah aku malu!!" bentak Raya lagi kepadaku.


Aku menyesal. Pasti. Ada rasa sesal di hatiku karena sudah melakukan hal itu. Aku pikir sosok Mas Rayyan akan lebih dulu ditemukan sebelum kemarahan Raya melayang padaku. Ternyata malah sebaliknya.


Saat membuka mata, aku memang sempat melihat semua orang mengomentari status yang aku unggah. Sangat banyak hingga aku lelah membacanya satu persatu. Dan hampir semua dari komentar itu, hanya menaruh kasihan padaku yang sebenarnya tidak kubutuhkan. Aku pikir akan ada satu komentar yang mengatakan di mana Mas Rayyan, ternyata nihil. Mas Rayyan benar-benar sudah menghilang dari bumi ini.


"Sudah, Raya, cukup! Kamu gak lihat Salsa ketakutan?" tanya Ibu mencoba membelaku.


"Ibu cuma mikirin mereka aja, yang anak Ibu itu Raya! Apa Ibu gak mikir perasaan Raya dan Dennis? Dennis bisa diledekin di sekolahnya nanti, Bu!"


"Jangan berlebihan, Dennis masih TK, teman-temannya di sekolah juga gak main sosial media!" bentak Aldo yang tampak sudah tak tahan dengan tingkah istrinya sendiri. Yang aku temukan di wajahnya, dia malu bukan main di hadapan Ibu pastinya. Karena selama ini Aldo selalu menghormati Ibu seperti ibunya sendiri.


"Kamu diam, Mas!!" bentak Raya lagi seolah lupa statusnya sebagai istri. "sudah aku bilang jangan ikut campur! Tutup saja mulutmu itu;"


Plak!!!


Sebuah tamparan keras melesat tajam ke pipi kanan Raya. Bukan Aldo, melainkan Ibu yang melakukannya. Raya memegangi pipinya, menatap Ibu dengan mimik wajah menahan sakit. Aku hanya bisa melihat punggung Ibu saja, entah ekspresi apa yang ditunjukkan Ibu saat itu di depan anak kandungnya sendiri. Yang pasti Aldo, terlihat menundukkan kepalanya.


"Aku tidak pernah mengajarkan anak-anakku untuk membentak pasangannya sendiri!" tekan Ibu di setiap kalimat. "Dia suamimu, Raya, hormati dia, bukan malah bersikap seolah-olah menginjak harga dirinya dengan membentaknya seperti itu!"


Lihat selengkapnya