TUHAN, PELUK AKU SESAAT

Mahfrizha Kifani
Chapter #12

BAB 12 - KISAH KELAM DI BALIK SOSOK PELAKOR


Aku terpaku. Duduk di salah satu meja di lantai atas toko roti milikku sembari membaca surat gugatan cerai dari Mas Rayyan. Jelas sudah dia serius ingin meninggalkanku. Dan semua itu terbukti di tanda tangan yang sudah dia sematkan di kolom namanya.


Habis sudah air mataku menangisi keputusan ini semalaman. Bahkan rasa kantuk seakan tak bersahabat denganku tadi malam. Aku hanya bisa duduk menangis di atas sajadah, menumpahkan segalanya. Aku yakin, Allah mendengar rintihanku tadi malam. Walau tanpa suara karena takut membuat kedua anakku terbangun, namun rasanya cukup lega hari ini. Rasanya, sesak di dada yang selama setahun ini aku simpan sendirian, lepas begitu saja.


Aku kembali menghela napas, menyandarkan tubuhku di sandaran kursi yang aku duduki sejak setengah jam lalu. Pikiranku melayang ke ucapan Salsa yang tadi pagi sempat mengajukan permintaan sebelum turun dari mobil. Satu permintaan yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya, bisa ke luar dari mulut anak sulungku.


"Amma kalau gak mau lagi sama Appa, Salsa dan Adek Arhan gak apa-apa kok."


Air mataku kembali menetes tanpa bisa aku cegah. Aku lemah karenanya. Seharusnya baik Salsa mau pun Arhan bisa merasakan kebahagiaan keluarga utuh di usia mereka yang masih terbilang anak-anak. Seharusnya mereka bisa membanggakan kedua orang tuanya yang selalu harmonis setiap waktu. Namun kini, mereka malah dihadapi permasalahan pernikahan yang merembet ke masa depan keduanya. Bahkan, sebentar lagi dalam hanya hitungan Minggu atau bulan, kedua anakku akan masuk ke dunia anak-anak broken home. Dan membayangkannya saja aku sakit, apa lagi saat terjadi nanti. Aku tidak menyangka, dalam hidupku akan mengalami hal ini.


"Mbak," panggil seseorang yang membuatku tersentak kaget. Aku menoleh, ada Mila di sampingku, salah satu karyawan yang khusus bekerja di meja kasir. Dengan cepat, aku melipat surat di atas meja, menyimpannya, lantas berusaha tersenyum berharap bisa menyalurkan bahwa aku sedang baik-baik saja.


"Ya, Mil, maaf, saya lagi gak konsentrasi," jawabku. "Ada apa, Mil?"


"Mbak, ada yang nyariin Mbak Zheeya."


"Siapa? Apa saya ada janji temu hari ini?" tanyaku mencoba mengingat-ingat jadwalku hari ini.


"Gak ada sih, Mbak, cuma katanya dia mau ketemu buat bicara."


"Namanya siapa?" tanyaku lagi sekedar memastikan.


Lihat selengkapnya