Arhan menangis. Sudah sejak satu jam yang lalu dia terus saja rewel tanpa sebab. Segala cara sudah kulakukan. Makan, sudah. Mandi pun sudah, bahkan aku sudah coba mengajaknya untuk tidur, namun tetap saja Arhan belum juga berhenti menangis.
Kulirik jam dinding yang sudah memasuki jam sepuluh malam. Salsa yang sejak tadi memperhatikanku dari tempat tidur, membuatku paham bahwa dia pun meminta untuk diperhatikan. Biasanya ada Mas Rayyan yang mengambil alih untuk menenangkan Arhan, sedangkan Salsa akan aku temani. Namun kini, aku malah kembali dibuat kewalahan akan dua anakku yang sama-sama meminta perhatian.
Aku memilih duduk. Entah siapa yang harus aku hubungi kali ini. Bik Minah pun sudah berulang kali menolong, namun tetap saja gagal. Aku yang kasihan padanya yang sudah kelelahan seharian menjaga anak-anak, membuatku memintanya untuk istirahat. Dan kini aku sendiri, mencoba menenangkan Arhan yang tak kunjung tenang.
"Apa Arhan rindu Appa, Amma?"
Pertanyaan Salsa tiba-tiba membuat jantungku sesaat berhenti berdetak. Aku baru menyadari, bisa saja Arhan merasakan kehadiran Mas Rayyan kemarin, dan membuatnya ingin memeluknya sekali saja. Aku menghela napas, menarik kedua sudut bibirku untuk tersenyum ke Salsa yang masih duduk di atas tempat tidur. Kucoba mengerti perasaan kedua anakku, aku yakin kali ini bukan hanya Arhan yang merindukan kehadiran Mas Rayyan, tapi juga Salsa. Walau Salsa sendiri pintar menyembunyikannya di balik rasa ibanya pada sang adik.
"Amma bisa minta tolong sama Kakak?" Salsa mengangguk cepat yang malah membuatku merasa sakit melihatnya. "Bisa teleponkan Appa dari handphone Amma?"
Salsa menatapku. Tampak keraguan di wajahnya. Aku tahu, dia mulai sedikit menjaga jarak dari semua hal tentang Mas Rayyan. Entah rasa sakit seperti apa yang kini dia rasakan. Namun rasanya, aku tidak ingin membuat anak-anak sampai membenci ayahnya sendiri. Cinta itu tidak boleh hilang dari hati Salsa mau pun Arhan. Aku tidak ingin, keduanya tumbuh dengan kebencian terhadap ayahnya sendiri yang nantinya bisa saja, berakibat fatal untuk masa depannya.
"Kak?" panggilku.
"Adek bukan mau Appa, Amma!" ucap Salsa tiba-tiba dengan nada sedikit meninggi. "Adek cuma butuh tidur!"
"Tapi Kak ...."