"Appa!!!" jerit Arhan yang membuatku kaget saat baru saja ke luar dari rumah. Aku yang pagi itu berniat mengantar anak-anak sekolah, malah dikagetkan dengan hadirnya Mas Rayyan di depa pagar. Arhan langsung menghampirinya dan memeluknya. Mas Rayyan mengangkat tubuhnya. Sedangkan Salsa, hanya terdiam di sampingku.
Mas Rayyan mendekat dengan Arhan yang masih berada di gendongannya. Dia tersenyum, yang terpaksa membuatku membalas senyumannya.
"Hai, Kak," sapanya pada Salsa.
"Hai, Appa," balas Salsa datar. "Amma, Kakak ke mobil dulu ya."
"Tunggu," cegah Mas Rayyan yang berhasil membuat langkah Salsa terhenti. "hari ini naik mobil Appa aja yuk," ajak Mas Rayyan.
"Asyikkkk!!" teriak Arhan.
Salsa terdiam, menatapku seolah meminta persetujuan. Aku yang sempat melihat ke Mas Rayyan dan mendapati ekspresi memelas darinya, membuatku menganggukkan kepala ke arah Salsa.
Salsa kembali mengarahkan pandangan ke Mas Rayyan yang kembali mengajaknya ke mobil. Dengan langka malas, Salsa mengikutinya, aku pun sama, melangkah mengikuti ketiganya menuju mobilnya Mas Rayyan.
Semua kembali normal, walau sikap Salsa belum sepenuhnya kembali seperti biasa ke Mas Rayyan. Melihatnya begitu berusaha mendekatkan diri ke anak-anak, membuatku merasa semua akan baik-baik saja setelah ini.
Walau kini hubunganku dengan Mas Rayyan telah berakhir, tapi aku tidak ingin hubungan ketiganya pun ikut berakhir.
Canda tawa mulai terdengar di mobil antara Mas Rayyan dan Arhan. Sesekali Mas Rayyan pun mengajak Salsa mengobrol, walau tidak sesering dengan Arhan. Aku tahu, butuh waktu untuk mendekati Salsa yang lebih terluka karenanya. Namun aku yakin, suatu saat nanti Salsa pun akan kembali bersikap sewajarnya pada Mas Rayyan.
"Terima kasih, Mas," ucapku yang masih duduk di mobil bersama Mas Rayyan.
Kali ini, aku lebih memilih menanti anak-anak di mobil dari pada di kantin atau duduk di lorong sekolah. Kejadian kemarin membuatku malas jika harus bertemu dengan semua orang tua murid. Aku tak ingin timbul masalah, apa lagi mungkin saja bebrosa dari mereka sudah tahu, bahwa kini aku dan Mas Rayyan sudah resmi bercerai. Perceraian kami pun sempat diliput salah satu media online.
"Buat apa, Zhee?" tanya Mas Rayyan.
"Buat hari ini," jawabku. "Kamu sudah mau hadir buat antar anak-anak, dan berusaha mendekatkan diri, itu sudah membuat kedua anak kita senang."
"Sayangnya Salsa belum menerimaku sepenuhnya, Zhee. Sikapnya masih dingin."
"Dia butuh waktu, kamu harus sabar." Aku berusaha tetap tenang. "Salsa lebih bisa menyadari semua yang terjadi, karena itu dia lebih terluka dibandingkan Arhan."
Mas Rayyan mengangguk, aku harap dia bisa mengerti maksudku. Aku sendiri pun sebenarnya sudah tidak ingin terlalu menyalahkannya lagi. Aku yakin, Mas Rayyan sudah menyesali perbuatannya. Dan tasnya, tak adil jika dia terus disalahkan dengan semua yang terjadi.