TUHAN (TAK) KEPARAT

february
Chapter #12

Hari kesepuluh

Selama ini, kunanti…

Yang kuberikan datang berbalik

Tak kunjung pulang

Hindia - Membasuh.

 

Hari ini aku dipulangkan dari rumah sakit yang sama di mana kamu berpulang ke Tuhan sore itu, Sayang. Bedanya aku tak ke arah Tuhan melainkan pulang ke rumah impian yang baru bisa aku wujudkan saat umur pernikahan kita menyentuh angka ke lima. Dan ternyata kini aku harus menghuninya sendiri tanpa ada dirimu di mana-mana.

Pintu rumah kita masih menjadi hal yang aku takutkan setelah kepergianmu. Aroma rumah juga mulai berubah karena pengharum ruangan sudah habis namun aku tak pernah menggantinya karena aku sama sekali tak tahu menahu tentang jenis wangi yang mana yang selalu kamu pilih di antara jejeran rupanya. Aku tak mau lama-lama menghirup pun menatap segala sudut ruangan rumah kita. Apalagi foto pernikahan kita yang terpajang di dinding dekat ruang keluarga. Aku masih belum bisa melihatnya karena itu membuatku semakin sering memaki Tuhan yang aku rasa sikap biadabnya tak bisa aku toleransi lagi. Jadi aku memutuskan untuk segera melipir dan duduk di kursi taman yang selalu menjadi tempat favoritmu dulu.

Dengan tanpa aba-aba ataupun isyarat. Lirik lagu milik Hindia yang dulu sering kamu putar di saat kau masih hidup dulu tiba-tiba menyergap ingatanku sesaat kala bunga matahari yang kita tanam berdua saat dirimu menyidam ketika hamil peri manis kita yang belum punya nama itu. Aku tiba-tiba teringat karena dulu kamu selalu menyanyikan lagu ini saat menyirami bunga matahari yang kini tengah melotot padaku itu. Dan aku akan menontonmu bernyanyi dari kursi ini, menatap segala gerak-gerik manismu dengan iringan senyum bak remaja yang tengah jatuh cinta pada pandangan pertama pada malaikat cantik yang tiba-tiba ditemukan oleh sebuah takdir baik yang tak terduga.

Selama ini, kunanti

Yang kuberikan datang berbalik

Lihat selengkapnya