Dia hadir sebagai yang asing. Namun, sebagai yang asing, dia juga ingin menjadi bagian dari yang menganggapnya asing. Dia lalu menautkan pikiran dan jiwanya di sebuah bangunan sakral di Pulau Madura.
Semangat menunaikan ibadah haji yang berpangkal dari jejak kesejarahan hidup Nabi Ibrahim, yang juga dikenal sebagai bapak umat manusia dan para nabi (Yahudi, Kristen, dan Islam) itu, mengajarkan sikap-sikap anti-chauvinis. Sikap chauvinis merupakan sikap yang memandang ras atau keturunannya adalah yang superior, yang meniscayakan untuk dihormati, dan mungkin saja yang paling berhak untuk berkuasa. Paham dan pandangan yang demikian itu bisa dirunut kembali lewat jejak sejarah bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi adalah bangsa yang paling sering disebut-sebut dalam Kitab Suci Al-Quran. Sebuah bangsa yang nasibnya naik dan turun, bahkan pernah berada pada tingkat yang paling hitam dan kelam, yaitu menjadi budak bangsa-bangsa lainnya (Romawi dan Mesir).
Bangsa Yahudi adalah bangsa yang lahir dari keturunan Nabi Ibrahim melalui garis Nabi Ishaq ke Nabi Ya‘qub. Nabi Ya‘qub sendiri dikenal sebagai bapak dari moyang bangsa Yahudi yang dikenal dengan nama Israel (Ezra El), yang artinya Hamba Allah. Nabi Ya‘qub adalah Hamba Allah yang saleh dan taat. Jejak nabi-nabi bangsa Yahudi ini hingga kini bisa ditelusuri lewat makam tua yang ada di sebuah gua bernama Gua Patriach di Palestina. Gua Patriach ini juga bisa dikatakan sebagai gua nenek moyang atau leluhur bangsa Yahudi.
Bangsa Yahudi memang dinyatakan dalam Al-Quran sebagai bangsa yang dimuliakan. Menjadi bangsa yang dimuliakan karena dari bangsa Yahudi ini terpilih banyak nabi Allah. Namun, kemudian Al-Quran juga mengecam keras bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang paling sombong dan chauvinis. Bangsa yang menganggap dirinya paling mulia dalam takaran yang tidak sehat, sementara bangsa-bangsa lainnya dianggap hina, termasuk bangsa Arab, khususnya Palestina.
Karena sikap-sikap chauvinis tersebut, bangsa Yahudi kemudian dihukum oleh Allah dua kali. Pertama, mereka dihancurkan oleh bangsa Babilonia di bawah kepemimpinan Nebukadnezar. Mereka dibinasakan. Mereka dibantai dan bangunan-bangunan mereka dihancurkan hingga rata dengan tanah. Kedua, mereka juga dihancurkan oleh bangsa Romawi di bawah kekuasaan Raja Titus. Raja Titus yang Kristen itu menganggap kaum Yahudi adalah kaum yang sesat dan harus dibinasakan.