Tujuh Hari Untuk Sekar

Baggas Prakhaza
Chapter #3

Perjanjian Persahabatan

Hari-hari berlalu sejak pertemuan pertama mereka di taman. Langit, yang dulunya pendiam dan canggung, kini mulai merasakan kehangatan dalam hidupnya. Sekar selalu ada, dengan senyumnya yang cerah dan caranya yang hangat. Meskipun Langit masih sering merasa canggung, ada sesuatu yang berbeda sekarang. Hidupnya tidak lagi terasa sepi. Setiap kali dia merasa sendirian, Sekar selalu datang dengan tawa riangnya yang membawa keceriaan.

Suatu hari, Sekar tiba-tiba mengajak Langit untuk bermain di rumahnya. Langit yang semula ragu, akhirnya mengiyakan ajakan Sekar. Dia belum pernah pergi ke rumah temannya sebelumnya, apalagi untuk bermain. Namun, Sekar meyakinkannya bahwa ini akan menyenangkan.

Ketika mereka tiba di rumah Sekar, Langit merasa terkesan dengan suasana hangat yang ada di sana. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi terasa nyaman dan penuh dengan kehangatan keluarga. Ibu Sekar menyambut mereka dengan senyum lebar, dan ayahnya menyapa Langit dengan ramah. Langit merasa gugup pada awalnya, tetapi orang tua Sekar begitu hangat dan ramah sehingga perlahan kegugupannya mulai mencair.

Mereka bermain bersama di ruang tamu, tertawa, dan berbicara tentang banyak hal. Langit terkejut betapa mudahnya dia bergaul dengan orang tua Sekar. Mereka bertanya tentang dirinya, tentang hobinya, dan tentang kehidupan sehari-harinya. Meskipun Langit merasa sedikit enggan untuk berbicara tentang keluarganya sendiri, dia merasa nyaman di tengah kehangatan keluarga Sekar.

Waktu berlalu begitu cepat, dan sebelum mereka menyadarinya, matahari sudah mulai tenggelam. Ibu Sekar mengundang Langit untuk makan malam bersama mereka, tetapi Langit dengan sopan menolak. Dia merasa tidak enak mengganggu terlalu lama, dan dia juga merasa perlu kembali ke rumah.

Setelah meninggalkan rumah Sekar, Langit merasa sedikit hangat di hatinya. Itu adalah pengalaman yang menyenangkan, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa seperti bagian dari sebuah keluarga. Meskipun bukan keluarganya sendiri, keluarga Sekar memberinya perasaan yang telah lama hilang dalam hidupnya.

Keesokan harinya, Sekar dan Langit kembali bertemu di taman seperti biasanya. Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Langit tidak lagi merasa canggung di dekat Sekar. Mereka mulai berbicara lebih banyak, tertawa lebih sering, dan berbagi mimpi-mimpi mereka. Hubungan mereka perlahan berubah dari sekadar pertemanan biasa menjadi persahabatan yang erat.

Suatu sore yang cerah, Sekar mengajak Langit untuk kembali ke taman yang sama di mana mereka pertama kali bertemu. Langit mengikutinya tanpa ragu. Mereka berjalan berdua, berbicara tentang berbagai hal seperti biasa. Saat mereka tiba di taman, Sekar mengajak Langit untuk berbaring di atas rumput yang hijau. "Ayo, Langit. Kita lihat langit seperti dulu lagi," ajak Sekar sambil tersenyum.

Langit menurut, dan mereka berdua berbaring di atas rumput, menatap langit yang begitu cerah dan biru. Tidak ada awan yang menghalangi pandangan mereka. Langit terlihat begitu luas, seolah tidak ada batasnya.

Lihat selengkapnya