Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, kondisi Sekar akhirnya membaik. Dokter memberikan lampu hijau baginya untuk pulang dan beristirahat di rumah. Meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih, semangat Sekar begitu tinggi. Hatinya berbunga-bunga karena momen yang telah ia nantikan selama ini telah tiba—Langit, sahabat yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya, akhirnya mengungkapkan isi hatinya. Bagi Sekar, ini adalah awal dari babak baru dalam kehidupannya.
Sekar tersenyum tipis sambil menatap ke arah jendela kamar rumah sakitnya. Cahaya matahari yang lembut masuk melalui celah-celah tirai, menerangi ruangan dengan kehangatan yang menenangkan. Di sampingnya, Langit tengah membantu Bunda Sekar mengemas barang-barangnya ke dalam tas. Ayah Sekar telah pergi mengurus administrasi rumah sakit agar mereka bisa segera pulang.
"Sudah siap, Sekar?" tanya Langit dengan senyum lembut di wajahnya.
Sekar menoleh ke arah Langit dan mengangguk. "Iya, aku sudah siap," jawabnya sambil berusaha bangkit dari tempat tidur. Meskipun ia merasa tubuhnya masih lemah, semangatnya membuatnya kuat.
Langit segera mendekat dan menawarkan tangan untuk membantu Sekar berdiri. "Biar aku bantu."
Sekar menerima uluran tangan Langit dan merasa hangat di dalam hatinya. Sentuhan tangan Langit yang kuat namun lembut membuatnya merasa aman. Bersama Langit, ia merasa bisa menghadapi apa pun yang terjadi.
Setelah semua barang-barang beres, mereka berjalan keluar dari ruangan rumah sakit. Langit membantu Sekar dengan hati-hati, memastikan setiap langkah yang diambilnya stabil. Bunda Sekar mengikuti di belakang, memastikan putrinya baik-baik saja.
Di perjalanan pulang, mobil melaju dengan tenang, membawa mereka menuju rumah Sekar. Di dalam mobil, suasana terasa damai. Sekar duduk di kursi belakang bersama Langit. Sesekali, mereka saling bertukar pandang dan tersenyum, seolah-olah dunia di luar mobil tak lagi penting. Di dalam hati mereka, hanya ada kebahagiaan karena akhirnya mereka bisa bersama tanpa ada rahasia yang tersisa.
Namun, di balik senyum Sekar, ada sesuatu yang ia sembunyikan. Meskipun dokter telah mengizinkannya pulang, penyakit yang ia idap sebenarnya lebih serius daripada yang ia akui. Sekar tidak ingin membuat Langit khawatir. Ia tahu bahwa Langit sudah cukup banyak memikirkan dirinya, dan ia tidak ingin menambah beban di hati sahabat sekaligus cintanya itu.