Tujuh Hari Untuk Sekar

Baggas Prakhaza
Chapter #23

Titik Balik Kehidupan

Langit dan Sekar berdiri di depan makam orang tua Langit. Hari itu cerah, tetapi angin yang sepoi-sepoi membuat suasana menjadi sedikit melankolis. Langit menggenggam tangan Sekar erat-erat, merasakan kehangatan dari tangan Sekar yang selalu setia mendampinginya. Di depan mereka, dua makam berdampingan, dikelilingi oleh bunga-bunga yang mulai layu tertiup angin. Nama kedua orang tua Langit terukir di batu nisan, mengingatkan Langit pada kehidupan yang pernah ada, yang kini tinggal kenangan.

Langit menghela napas panjang. Ini adalah kali pertama ia kembali ke makam orang tuanya setelah sekian lama. Ia tahu, perjalanannya menuju pemulihan belum selesai, tetapi langkah ini adalah bagian dari proses tersebut. Ia harus berdamai dengan masa lalu agar bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang dan penuh makna.

Dengan suara yang sedikit bergetar, Langit mulai berbicara, "Ayah, Ibu... maafkan aku. Selama ini, aku terlalu lama terjebak dalam kesedihan dan penyesalan. Aku menyadari bahwa dengan terus terpuruk, aku tidak bisa membuat kalian kembali. Aku tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi."

Sekar yang berdiri di samping Langit merasakan betapa beratnya perasaan Langit saat ini. Ia tidak mengatakan apa pun, hanya memberikan kehadirannya sebagai tanda dukungan. Ia tahu, ini adalah momen yang sangat pribadi bagi Langit, dan ia ingin Langit merasakan bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi semua ini.

Langit melanjutkan, suaranya kini lebih tenang, "Aku ke sini bukan hanya untuk meminta maaf, tapi juga untuk mengikhlaskan semuanya. Aku tahu waktu tidak bisa berputar kembali, dan aku tidak bisa terus-menerus hidup dalam bayang-bayang penyesalan. Kalian telah pergi, tapi cinta dan kenangan kalian akan selalu ada di dalam hatiku."

Sekar merasakan kegetiran dalam setiap kata-kata Langit. Ia tahu betapa sulitnya bagi Langit untuk melepaskan masa lalunya, terutama ketika kehilangan itu begitu besar dan mendalam. Sekar ingin memberikan penghiburan, tetapi ia tahu bahwa kata-kata saja tidak cukup. Kehadirannya di sini, di samping Langit, adalah cara terbaik untuk menunjukkan dukungannya.

Lihat selengkapnya