Hari ketiga dari tujuh hari terakhir yang dimiliki Sekar dimulai dengan langit cerah yang menyinari pagi mereka. Sekar yang berusaha menyembunyikan rasa sakit di balik senyum ceria, terus bersemangat untuk menghabiskan setiap momen yang tersisa dengan penuh kebahagiaan. Dan pagi itu, dia punya ide yang cukup menggemaskan untuk dilakukan bersama Langit.
"Langit," panggil Sekar dengan penuh semangat saat mereka duduk di kafe dekat rumah Sekar, menikmati sarapan sederhana bersama. "Hari ini aku ingin kita menghabiskan waktu di Photobox!"
Langit sedikit terkejut mendengar permintaan itu. "Photobox? Kamu serius? Bukankah itu lebih sering dilakukan oleh anak-anak kecil atau remaja?"
Sekar tertawa kecil dan menepuk pundak Langit. "Ayolah, Langit! Aku ingin hari ini penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Dan Photobox adalah tempat yang tepat untuk membuat banyak ekspresi lucu!"
Melihat kegembiraan di mata Sekar, Langit tidak bisa menolak. Dia tahu betapa pentingnya setiap hari ini bagi mereka berdua. Meski dalam hatinya ada kesedihan yang mendalam karena waktu yang tersisa semakin sedikit, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menunjukkan itu kepada Sekar.
Mereka berdua pun pergi ke pusat kota, di mana terdapat Photobox yang terkenal. Tempat itu selalu ramai dengan pasangan muda dan anak-anak sekolah yang datang untuk mengabadikan momen mereka. Sekar tampak begitu bersemangat saat mereka masuk ke bilik Photobox dan mulai memilih latar belakang yang lucu.
"Baiklah, kita mulai dari ekspresi bahagia dulu," kata Sekar sambil mengatur posisi. "Ayo, Langit! Tunjukkan senyummu!"
Langit hanya bisa tersenyum melihat kegembiraan Sekar. Mereka pun mulai mengambil beberapa foto dengan ekspresi berbeda—senyum lebar, wajah serius, hingga pose-pose lucu yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Suasana di dalam Photobox dipenuhi dengan tawa, seperti seakan-akan dunia luar tidak ada, dan hanya ada mereka berdua di sana.
Setelah beberapa sesi foto, Langit merasa cukup puas. "Oke, Sekar, kita sudah punya banyak foto. Mungkin kita bisa berhenti sekarang?"
Namun, Sekar menggelengkan kepalanya dengan senyum lebar. "Belum selesai, Langit! Kita harus membuat 12 Photobox!"
Langit menatap Sekar dengan bingung. "Dua belas? Kenapa harus sebanyak itu?"