Sekar semakin lemah. Suasana di rumah sakit dipenuhi kekhawatiran. Langit duduk di samping ranjang, memandangi wajah Sekar yang terlihat sangat pucat dan lelah. Meskipun begitu, senyum tipis masih bisa terlihat di wajah Sekar, seolah ia ingin memberikan kekuatan pada Langit. Namun, di balik senyum itu, Langit tahu bahwa waktu semakin singkat.
"Langit..." suara Sekar terdengar pelan, hampir seperti bisikan. "Bisakah kamu membelikan sesuatu untukku?"
Langit yang tengah tenggelam dalam pikirannya segera mengalihkan perhatiannya pada Sekar. "Apa yang kamu mau, Sekar? Aku akan belikan apa pun."
Sekar menarik napas panjang, berusaha untuk bicara dengan lebih jelas. "Aku ingin bunga tulip... yang masih kuncup, dengan pot yang cantik. Bisakah kamu mencarikannya untukku di toko bunga?"
Langit terkejut dengan permintaan itu, tapi dia tidak ingin menanyakan alasannya. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. "Tentu, Sekar. Aku akan segera mencarikannya."
Sekar memandang Langit dengan tatapan penuh harap. "Terima kasih, Langit. Tolong segera kembali, ya?"
Langit mengangguk sekali lagi sebelum bergegas keluar dari rumah sakit. Begitu sampai di luar, dia merasa dadanya semakin sesak. Ketakutan dan kecemasan yang selama ini ia tahan kini meledak. Dengan mata yang mulai berair, Langit menaiki motornya dan melaju menuju toko bunga. Di sepanjang perjalanan, pemandangan kota yang penuh dengan kenangan masa lalu mereka terus menghantui pikirannya.
Di setiap sudut jalan yang ia lewati, seolah-olah ada bayangan Sekar yang tersenyum, tertawa, atau berjalan di sisinya. Kenangan itu begitu hidup, mengingatkan Langit betapa berharganya setiap momen yang mereka lalui bersama. Namun kini, ketakutan akan kehilangan semakin nyata, dan hal itu membuat air mata Langit jatuh tanpa bisa ia tahan lagi.
Langit akhirnya tiba di toko bunga, sebuah tempat yang sederhana namun dipenuhi dengan berbagai macam bunga yang cantik. Ia masuk dengan tergesa-gesa, lalu menanyakan pada penjaga toko, "Apakah masih ada bunga tulip yang masih kuncup dengan pot yang cantik?"
Penjaga toko itu memanggil pemilik toko, "Kak Kana, apakah kita masih punya stok bunga tulip?"
Seorang wanita bernama Kana menghampiri Langit. Dia menatap Langit dengan penuh perhatian, seolah mengerti bahwa bunga ini bukan sekadar hadiah biasa. "Hanya ada satu bunga tulip yang tersisa. Itu pun masih kuncup. Apakah kamu mau membelinya?" tanya Kana.