Tujuh Hari Untuk Sekar

Baggas Prakhaza
Chapter #46

Cinta yang Abadi

Malam itu, di Kedai Kopi Harapan, Langit dan Freya duduk berhadapan. Suasana kedai yang hangat, dengan suara percakapan lembut dan alunan musik yang pelan, menciptakan suasana yang tenang. Di tengah aroma kopi yang memenuhi ruangan, mereka memulai percakapan yang lebih dalam daripada biasanya.

Langit menatap keluar jendela, melihat rintik hujan yang jatuh perlahan di luar. Kenangan tentang Sekar berkelebat di benaknya, namun kali ini ia tidak merasa sakit. Yang tersisa adalah kehangatan dan cinta yang masih melekat di hatinya. Ia tahu bahwa Sekar adalah bagian dari hidupnya yang tak akan pernah hilang.

Freya, yang duduk di hadapannya, memperhatikan Langit dengan tatapan lembut. Sejak kepergian Sekar, ia selalu berada di samping Langit, menjadi pendengar setia meski Langit tidak selalu berbicara. Namun, malam ini Freya merasakan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara tentang sesuatu yang lebih.

"Langit," kata Freya pelan, memulai percakapan. "Kenapa kamu begitu mencintai Sekar? Apa yang membuatmu begitu terpuruk setelah kepergiannya?"

Langit tersenyum tipis, menatap Freya dengan mata yang kini penuh ketenangan. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, seakan sedang mengumpulkan kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang begitu dalam.

"Sekar," kata Langit dengan suara lembut, "dia bukan hanya seseorang yang aku cintai. Dia adalah duniaku. Dia adalah cahaya yang memberiku harapan, kekuatan, dan alasan untuk terus berjalan. Kami memiliki hubungan yang dalam, melebihi dari sekadar cinta. Dia mengerti aku tanpa perlu banyak bicara. Kehadirannya selalu membawa kedamaian dalam hidupku, bahkan di saat-saat tersulit. Sekar bukan hanya seorang kekasih, dia adalah sahabat terbaikku, pendamping hidupku."

Langit menatap meja, menelusuri tepi cangkir kopi dengan jarinya. "Ketika dia pergi," lanjutnya, "aku merasa kehilangan bagian dari diriku. Rasanya seperti dunia runtuh, dan aku terjebak dalam kehampaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Aku terpuruk karena aku merasa kehilangan diriku sendiri. Tapi... seiring berjalannya waktu, aku menyadari sesuatu."

Freya menunggu dengan sabar, membiarkan Langit melanjutkan pemikirannya.

Lihat selengkapnya