Tujuh Hari Untuk Sekar

Baggas Prakhaza
Chapter #47

Diary Sekar - Dariku, 1000 Tahun dari Sekarang, Untukmu 1000 Tahun yang Lalu

Langit duduk di kursi kayu di ruang tamu rumah Sekar, tempat yang kini telah menjadi rumahnya juga. Suasana malam itu tenang, hanya ada angin yang berdesir lembut dari jendela yang sedikit terbuka. Di depannya, Freya duduk dengan wajah tenang namun penuh perhatian. Ada sesuatu yang berbeda malam ini, seolah Freya membawa sesuatu yang penting, sesuatu yang akan mengubah hidup Langit lagi, kali ini dengan cara yang lebih damai.

Langit menyadari ada sesuatu di tangan Freya, sebuah buku kecil berwarna biru muda, dengan tulisan tangan halus di sampulnya. Freya memperhatikan Langit sejenak sebelum akhirnya mengulurkan buku itu kepadanya.

“Langit,” kata Freya dengan suara lembut. “Ini adalah buku diary Sekar tentang kamu.”

Langit mengernyitkan alis, sedikit bingung. “Buku diary Sekar? Tapi aku sudah melihat buku-buku diary-nya di kamarnya. Apa ini?”

Freya tersenyum, dengan tatapan yang penuh makna. “Memang benar, kamu sudah melihat buku-buku itu. Tapi yang ini berbeda. Ini adalah buku yang dititipkan Sekar padaku saat dia di rumah sakit, waktu kamu pergi membeli bunga tulip untuknya. Kamu tidak melihatku saat itu karena kamu sangat tergesa-gesa, seperti dikejar waktu. Ketika aku sampai di ruangan Sekar, dia memintaku untuk menyimpan buku ini dan memberikannya padamu hanya ketika kamu sudah berdamai dengan perasaanmu.”

Langit menatap buku itu dengan heran, rasa penasaran mulai memenuhi dirinya. Tangannya perlahan terulur untuk menerima buku itu dari Freya. Sentuhan kulit buku diary itu dingin, namun terasa akrab, seolah menghubungkannya langsung dengan Sekar. Perlahan, Langit membaca judul yang tertulis di sampulnya dengan tulisan tangan Sekar yang indah:

"Dariku, 1000 Tahun dari Sekarang, Untukmu 1000 Tahun yang Lalu."

Langit menghela napas panjang, rasanya judul itu sudah mengungkapkan banyak hal. Sekar selalu memiliki cara unik dalam menulis, selalu penuh makna, penuh perasaan yang mendalam.

Freya menatapnya dengan mata yang penuh harap. “Sekar memberitahuku bahwa buku ini adalah surat cinta terakhirnya untukmu, Langit. Dia tidak ingin kamu membacanya saat kamu masih dalam kepedihan. Dia ingin kamu membacanya ketika kamu sudah siap, ketika kamu sudah bisa menerima kenyataan bahwa dia telah pergi, namun cintanya tetap hidup bersamamu.”

Langit merasa dadanya berdebar-debar. Ia ingin segera membuka buku itu, namun tangannya gemetar. Semua emosi yang telah lama dipendam, semua kerinduan, cinta, dan kesedihan yang belum sepenuhnya hilang, kini terasa membuncah lagi. Ia menatap Freya, mencari kekuatan dari temannya itu.

Lihat selengkapnya