Pagi itu, studio talkshow di stasiun TV terlihat hidup dengan keramaian dan semangat. Ratusan penonton sudah mengisi kursi mereka, menantikan acara yang akan segera dimulai. Semua mata tertuju pada panggung yang telah dihias dengan indah, menciptakan suasana yang hangat dan penuh antusiasme. Langit, dengan wajah yang tampak tenang dan penuh rasa percaya diri, duduk di kursi tamu di tengah panggung, siap untuk berbagi cerita tentang novelnya yang berjudul, Tujuh Hari Untuk Sekar.
Bunda dan Ayah Sekar, yang kini telah menjadi bagian dari perjalanan hidup Langit, duduk di kursi penonton dengan penuh kebanggaan. Mereka menatap layar TV dengan penuh harapan, merasa bahagia melihat Langit akhirnya mampu melangkah ke depan dan berbagi kisahnya dengan dunia. Di dalam hati mereka, ada rasa haru yang mendalam, terharu melihat anak angkat mereka yang telah melalui banyak rintangan dan akhirnya berhasil menemukan kembali kebahagiaan.
Acara talkshow dimulai dengan pengantar hangat dari host yang berkarisma, Della. "Selamat pagi, pemirsa! Hari ini kita memiliki tamu istimewa yang akan berbagi cerita tentang karyanya yang terbaru. Langit, penulis novel Tujuh Hari Untuk Sekar, yang telah menginspirasi banyak orang dengan kisah cintanya yang mendalam dan emosional. Mari kita sambut Langit dengan tepuk tangan yang meriah!"
Penonton berdiri dan bertepuk tangan, menyambut Langit dengan penuh antusias. Langit tersenyum, melambaikan tangan, dan duduk dengan tenang di kursi tamu yang telah disiapkan untuknya. Della, host acara, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Langit dan memulai wawancara.
"Langit, selamat datang di acara kami! Kami sangat senang bisa berbicara denganmu hari ini. Novelmu, Tujuh Hari Untuk Sekar, telah mendapatkan banyak perhatian dan pujian. Apa yang menginspirasi kamu untuk menulis novel ini?" tanya Della dengan antusiasme.
Langit menarik napas dalam-dalam, merasakan kehangatan dari sambutan penonton dan perhatian dari host. "Terima kasih, Della. Menulis Tujuh Hari Untuk Sekar adalah perjalanan yang sangat pribadi bagi saya. Inspirasi utama datang dari pengalaman hidup saya sendiri—dari cinta dan kehilangan yang saya alami. Sekar, yang merupakan cinta saya, mengajarkan saya banyak hal tentang kehidupan dan cinta itu sendiri. Novel ini adalah cara saya untuk menghormati kenangan kami dan untuk berbagi kisah kami dengan dunia."
Della mengangguk, terkesan dengan jawaban Langit. "Itu sangat menyentuh. Sekarang, dalam novelmu, kamu menggambarkan perjalanan cinta yang mendalam dan emosional. Bagaimana rasanya berbagi kisah yang sangat pribadi ini dengan publik?"