Langit melangkah memasuki toko bunga Gema dan Kana dengan senyuman yang tulus di wajahnya. Belakangan ini, hidupnya telah berubah banyak sejak novel Mekarnya Cinta di Bawah Langit diterima dengan baik oleh publik. Kunjungan ini terasa istimewa, seperti kembali ke rumah setelah perjalanan panjang. Toko bunga yang indah ini, dengan berbagai bunga yang harum dan segar, selalu memberikan rasa damai dan nostalgia yang mendalam bagi Langit.
Saat bel pintu berbunyi, Kana, yang sedang merapikan bunga di meja depan, mengangkat kepalanya dan tersenyum saat melihat Langit. "Langit! Selamat datang kembali. Ada yang bisa kami bantu hari ini?"
Langit melangkah mendekat dengan penuh semangat, membawa sebuah buku di tangannya. "Halo,kak Kana! Halo,kak Gema!" Langit menyapa dengan hangat, "Aku datang dengan membawa sesuatu yang spesial. Aku ingin memberikan kalian salinan terbaru novelnya, Tujuh Hari untuk Seka."
Gema yang sedang menyiram tanaman di dekatnya, tersenyum lebar dan menghampiri Langit. "Wah, terima kasih, Langit! Kami sangat senang mendengarnya. Ini pasti menjadi karya yang luar biasa."
Langit menyerahkan salinan novel itu kepada Kana dan Gema. Mereka memandang sampul buku dengan penuh kekaguman. Sampulnya yang elegan menampilkan ilustrasi indah dari bunga tulip dan langit biru yang melambangkan keindahan dan kedamaian. Kana membuka buku itu perlahan, mengagumi detailnya.
"Jika tidak karena kata-kata kak Gema dan kak Kana, aku tidak tahu bagaimana kehidupanku sampai sekarang," kata Langit dengan nada penuh rasa terima kasih. "Kalian telah menjadi bagian penting dari perjalanan ini."
Kana mengangguk, merasa tersentuh. "Kami hanya membantu sedikit dari perjalanan panjangmu, Langit. Tapi mendengar bahwa kata-kata kami bisa memberikan dampak yang besar padamu membuat kami sangat bahagia."