Tujuh Hari Untuk Sekar

Baggas Prakhaza
Chapter #60

Cinta akan Abadi dengan Masanya

Sepuluh tahun berlalu sejak hari pernikahan Langit dan Freya, dan waktu telah membawa mereka pada perjalanan yang penuh kebahagiaan dan cinta. Di sebuah taman tulip yang subur dan berwarna-warni, Langit dan Freya duduk bersantai di sebuah bangku kayu, menikmati keindahan hari yang cerah. Matahari memancarkan sinar lembutnya, menciptakan kilauan hangat di antara bunga-bunga tulip yang bermekaran.

Di tengah taman yang indah ini, Aiyana, anak perempuan mereka yang kini berusia delapan tahun, berlarian dengan penuh semangat. Aiyana, yang namanya berarti "bunga keabadian," benar-benar mencerminkan arti nama tersebut. Dia memiliki mata yang cerah dan penuh keceriaan, serta senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya. Rambutnya yang berkilau dan cerah melambai-lambai saat dia berlari dari satu bunga tulip ke bunga tulip lainnya, merasakan kebebasan dan kebahagiaan dalam dunia yang penuh warna.

Freya, dengan tatapan penuh kasih, mengamati Aiyana dengan senyum lembut di wajahnya. Dia menggenggam tangan Langit dengan erat, merasa terhubung dengan momen ini dan dengan kehadiran mereka sebagai keluarga. Langit membalas senyum Freya, merasakan kebahagiaan yang mendalam melihat anak mereka tumbuh dan menikmati keindahan dunia di sekelilingnya.

“Lihat Aiyana, sayang,” kata Freya sambil menatap putri mereka. “Dia seperti Sekar saat kecil, penuh dengan semangat dan keceriaan.”

Langit menatap Freya dengan penuh rasa cinta dan nostalgia. Sekar, yang telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam hidupnya, selalu menjadi bagian penting dari hati Langit. Melihat Aiyana yang ceria dan penuh semangat, Langit merasa seolah-olah ada benang merah yang menghubungkan masa lalu dan masa kini—sebuah kesinambungan yang indah antara kenangan dan kenyataan.

“Iya,” jawab Langit lembut. “Aiyana benar-benar membawa kembali kenangan indah itu. Kadang-kadang aku merasa seperti Sekar masih ada di sini, dalam diri Aiyana.”

Mereka berdua duduk bersisian, tangan Langit tetap memegang tangan Freya dengan lembut. Suasana di taman begitu damai dan romantis, dipenuhi dengan aroma bunga tulip dan suara riang tawa Aiyana. Kebahagiaan yang mereka rasakan saat ini adalah buah dari perjalanan panjang yang telah mereka tempuh, dan setiap hari bersama keluarga kecil mereka adalah hadiah yang tak ternilai harganya.

Aiyana, setelah beberapa saat berlari-larian, akhirnya menghampiri orang tua mereka dengan wajah yang sedikit cemberut, tampak seperti dia ingin sesuatu. Dia memanjat bangku di samping Freya dan Langit, duduk di antara mereka dengan ekspresi yang mengharukan.

“Ayah, Bunda,” kata Aiyana dengan nada manja. “Aku ingin dipeluk oleh Ayah dan Bunda juga.”

Langit dan Freya saling bertukar pandang dengan senyum lembut, merasakan kehangatan dari permintaan sederhana namun penuh makna itu. Freya merangkul Aiyana dengan penuh kasih, sementara Langit juga ikut memeluk, menciptakan pelukan keluarga yang penuh cinta. Suasana di sekitar mereka tampak semakin hangat dan intim, seolah waktu berhenti sejenak untuk memberi mereka kesempatan menikmati momen penuh cinta ini.

Lihat selengkapnya