Tujuh Pengakuan

Tazkia Irsyad
Chapter #4

Pengakuan 3: Fajar

Gadis itu bernama Ayu. Sama seperti namanya, paras dan hatinya juga cantik dan anggun. Tatapannya teduh dan senyumnya hangat, belum lagi suara tawanya yang menggelitik hati. Mendatangkan nyaman dan tenteram, seperti itulah sosok Ayu bagiku.

Di sini, aku ingin membicarakan Ayu yang tiba-tiba hilang beberapa waktu lalu.

Seperti yang kalian ketahui, Ayu adalah sahabatnya Intan. Sejauh ini, selain kita, Ayu adalah satu-satunya orang yang mau menemani Intan dan berteman baik dengannya. Intan juga sangat menyenangi Ayu. Bisa kulihat dan kurasakan bahwa berteman dengan Ayu membuat Intan jauh lebih ceria dan senang, itulah yang pertama kali membuatku melihat sisi baik Ayu.

Perasaanku semakin berkembang ketika Ayu sama sekali tidak membedakan sikapnya kepada kita semua. Setiap kali ia bertemu dengan salah satu dari kita, selain Intan, Ayu tidak pernah mempermasalahkannya dan tetap menjalin hubungan yang baik dengan masing-masing dari kita. Tidak seperti orang-orang lain yang cenderung menjauh ketika berkenalan dengan kita.

Oh, aku paham, kok. Ini bukan sekadar masalah sifat atau sikap yang buruk. Ini jauh lebih kompleks dari itu. Tapi aku tetap yakin bahwa bahkan hal kompleks ini tidak membenarkan sikap mereka yang mengasingkan kita.

Ayu berbeda. Dia mempelajari dan mengingat nama kita semua dan yang pasti, Ayu membuatku merasa semakin hidup. Aku jatuh semakin dalam di momen yang benar-benar sederhana, yaitu ketika ia memanggil namaku dengan ringan seperti itu adalah hal yang mudah dan biasa.

Namaku tidak pernah terdengar begitu indah dan merdu sampai Ayu yang mengatakannya. Suara Ayu adalah suara favoritku di muka bumi ini.

Di saat yang sama, aku juga tahu bahwa cepat atau lambat, dengan sikap manis Ayu, pasti salah satu dari kalian juga ada yang menaruh hati padanya. Dan dugaanku memang tidak salah.

Hal itu aku ketahui ketika melihat Angga berinteraksi dengan Ayu, bagaimana jantungnya berdegup seirama dengan jantungku ketika berbincang dengan Ayu, bagaimana wajah terasa panas dan napas agak tersekat setiap kali Ayu tersenyum atau tertawa. Duh! Ternyata malah Angga, begitu reaksi awalku.

Tapi tenang saja, Jan, aku sudah pernah membicarakan ini dengan Angga. Kau tidak perlu takut kalau hal ini akan membuat kami berselisih. Kami sudah membicarakannya baik-baik.

Lihat selengkapnya