Halo semua, ini Angga.
Setelah apa yang Fajar tulis, gue rasa enggak ada yang perlu disembunyikan lagi. Gue minta maaf karena udah bikin kalian kaget, terutama ke Intan, tapi gue enggak akan minta maaf karena udah menusuk Guru. Seperti yang udah kalian tulis juga, Guru enggak pantas dikasihani dan gue enggak merasa bersalah udah mengakhiri hidupnya.
Mungkin yang sedikit bikin gue enggak enak ya ini, cara membereskan dan menyembunyikan kejadian ini pasti susah. Maaf udah buat repot, Jan.
Gue benar-benar gak bohong soal Ayu. Lu semua tahu kan ruangan terkunci yang selalu Guru larang buat kita masuki? Suatu hari gue iseng karena penasaran. Apa sih yang dia sembunyikan? Kali aja duit banyak, mungkin gue bisa bawa kabur kita semua dengan duit itu.
Tapi ternyata yang gue temukan malah bukti soal keberadaan Ayu yang kemungkinan besar udah enggak ada.
Sialan. Halamannya hampir robek. Maaf.
Intinya, yang gue temukan adalah foto-foto Ayu, banyak yang diambil diam-diam, dasar gila. Tapi yang lebih parah dari itu adalah foto-foto yang … yang, astaga, gue juga enggak mau mengingatnya lagi. Terlalu vulgar buat gue jabarkan, tapi dari foto-foto itu gue bisa pastikan Guru udah melakukan sesuatu yang sangat, sangat hina kepada Ayu.
Gue enggak tahan. Apalagi waktu menemukan seragamnya Ayu di salah satu laci, di dalam kantong plastik. Kemeja seragamnya robek, terlihat jelas dibuka paksa sampai beberapa kancingnya hilang. Roknya juga, kayak digunting paksa. Yang membuat gue makin mual adalah jejak darah, apalagi di kemeja putihnya. Bukan sekadar cipratan atau bercak, benar-benar seperti habis direndam di genangan darah.
Habis itu gue muntah. Gue enggak tahu kenapa Guru menargetkan Ayu, mungkin karena Ayu adalah sahabatnya Intan dan Guru jadi sering melihatnya.
Gue benar-benar menyesal karena enggak pernah sadar soal ini, kalau gue sadar mungkin aja Ayu bisa … mungkin kejadian ini bisa dihindari.