Tujuh Tahun Tanpa Nama

Raia Digna Amanda
Chapter #1

Prolog

Tujuh tahun belakangan, hidup Sri Darni terombang-ambing. Seperti mabuk laut, terapung dalam perahu kecil yang hanya muat untuk empat jiwa, di tengah gelombang yang tak pernah tenang. Pusing, pening, takut, kesal, khawatir, dan lelah bercampur aduk. Kita tidak akan pernah benar-benar tahu seberat apa hidup seseorang. Berat atau tidaknya kehidupan, barangkali tak bisa diukur dari jumlah tetes air mata, atau banyaknya percobaan untuk mengakhiri hidup. Jika bisa, maka Sri Darni, yang telah sebelas kali mencoba menepi dari dunia, tentu sudah dinobatkan sebagai petarung paling kelelahan. Tapi takdir, entah kenapa, terus menahannya di sini—di tempat yang sama, dengan orang yang sama, dengan penderitaan yang tak berubah rupa.

“Ayolah, Sri… Ini belum saatnya kau mati,” Sri menepuk pelan cermin di depannya, yang memantulkan wajahnya sendiri —wajah yang tak lagi muda, tapi juga belum benar-benar tua. Seperti daun yang tak kunjung luruh, meski musim gugur sudah lama datang.

Sebelas kali percobaan yang gagal membuatnya berhenti mencari jalan keluar. Bukan karena rasa sakitnya menghilang. Hanya saja, pada akhirnya ia memilih menyerah pada hidup, bukan pada kematian. Ia memilih bertahan, meski bukan karena keberanian, tapi karena tak ada pilihan.


Lihat selengkapnya