Tukang Ban

Faizal Ablansah Anandita, dr
Chapter #3

Tukang Ban

Beberapa menit berlalu, tidak ada yang aneh. Sesekali Clara memperhatikan apa yang dilakukan Pak tua itu. Dilihatnya Pak tua itu sedang menancapkan ujung pompa kedalam lipatan lengannya, sampai menembus daging, kemudian ia menyalakan alat pompa dan angin mulai terpompa ke tangannya. Tangan Pak tua itu seketika menggembung, kemudian meledak, melontarkan cipratan darah kemana-mana.

"HAAAH!" Jerit Clara kaget. Ia mengusap-ngusap matanya.

"Ada apa mbak?!" Tanya pak tua itu kaget. 

Clara terkejut, setelah mengusap matanya, ia melihat tangan Pak tua itu tidak terluka sedikitpun. Tidak ada cipratan darah, yang berceceran di lantai, seperti yang ia lihat tadi. 

"Emm... tidak ada apa-apa pak" ucap Clara kebingungan. 

Ia masih tidak percaya apa yang dilihatnya tadi. "Mungkin aku mengigau"gumamnya dalam hati. Dengan sedikit takut dan ngeri, Clara kembali menyibukkan diri dengan Smartphonenya. 

Beberapa menit kembali berlalu, hujan mulai melambatkan rintiknya. Clara sudah sedikit melupakan dengan kejadian aneh tadi. Namun, ia tetap sibuk memandangi layar Smartphonenya. Sampai perhatianya kembali teralih pada Pak tua itu, yang kini beranjak dari tempatnya untuk mengambil sebuah ban kempes di dalam gubuk. Ban itu kemudian dibawa mendekat ke alat pompa. Dipasangkan ujung alat pompa ke lubang udara ban itu, kemudian Ia menyalakan alatnya, namun ban itu nampak tidak mengembang. Ia kemudian melepas ban itu dari alat pompa dan mulai meniupnya dengan mulut. Ban itu mengembang kuat. Ia meniupnya dengan sekuat tenaga. Sampai-sampai wajahnya membiru dan salah satu bola matanya lepas, menggelinding jatuh ke tanah. 

Lihat selengkapnya