19 Oktober 2019
Halo, Go Blog. Iya, blog gue memang namanya Go Blog. Sudah lama tidak bersua sejak gue direbus dipanggang dibakar digoreng dalam acara survival bina talenta untuk menjadi budak korporat yang baik.
Kembali lagi dengan Veronika yang bukan chatbot Telcacell Veronica kalau ada gangguan, gue ingin mengisahkan petualangan bagaimana gue terdampar menjadi budak seekor naga alih-alih bertapa di gua untuk mendalami ilmu kemalasan duniawi di ajaran sekte Gudetama. Mengapa sih, Veronika atau Vero memutuskan menulis lagi Go Blog yang kehidupannya sudah di ambang alam barzah? Itu semua karena berawal dari nasib yang membawa gue menjadi wadah eek si Naga.
Siapakah si Naga? Bukan, itu bukan nama marga dalam keluarga Batak yang sengaja gue penggal biar nama asli bos gue tidak bisa ditelusuri intel tukang bakso, meski bos kampret gue memang asli tanah Medan. Namanya pun sayangnya bukan Kampret. Padahal gue bisa enak memanggilnya sebagai “Pak, Kampret!” kalau kapan-kapan kekampretannya kumat lagi.
Setahu gue, shio naga itu dikenal ambisius, cerdas, dan penuh percaya diri. Saking apa adanya, orang-orang yang lahir di tahun shio naga sering dianggap kasar. Gue sih meyakini bahwa sifat ini jelas cocok untuk si Naga, sehingga itu awal mula gue memilih nama itu agar bebas ghibah di sini. Apa lagi pas gue tahu kapan bapak ini lahir, waduh! Ketika gue menyadari bahwa hobinya adalah bekerja dari pagi sampai larut malam, suka menggulung-gulung materi sampai kepala gue hampir alopecia, dan suka berdebat mulai dari urusan strategi perusahaan sampai bumi bulat versus bumi datar … gue tuh semakin yakin. Orang ini sifat aslinya sungguh sangat mengalajengkingkan! Wew.
Jadi bayangkan saja rasanya jadi gue! Huh, kepala mumet banget sejak awal masuk kantor ini. Rasanya tuh otak gue kayak prosesor laptop yang dipaksa bekerja demi menayangkan drama Korea secara streaming. Enggak ada habis-habisnya.
Begitu gue mendapat pengesahan penempatan untuk menjadi kacung kampret di departemen Strategic Planning Telcacell, salah satu perusahaan telekomunikasi swasta di Indonesia, gue merasa mendapat durian runtuh. Gue sampai heran, mengapa juga orang menganggap bahwa durian runtuh itu diibaratkan dengan keberuntungan? Hilih! Pertama, gue itu enggak suka durian. Kedua, karena kalau jadi kenyataan, bayangkan saja duri durian besar yang entah berapa kilogram itu menghantam tengkorak kepala! Gila! Sakit banget! Gue memang mati-matian selama tiga bulan ini yang menjadi penentu akhir nasib karyawan dalam masa percobaan, tapi bukan berarti gue mau ditempatkan di Strategic Planning! Gue kan mati-matian menjadi yang terbaik supaya gue bisa minggat dari departemen Strategic Planning dan masuk departemen Network & IT atau NIT! Ancat bangcat!
Kalau sampai Kak Maya tahu bahwa yang gue lakukan adalah bersumpah serapah setelah tahu posisi baru gue, Kak Maya akan menganggap gue tidak pandai bersyukur. Karena setelah sekian lama serabutan, bekerja lepas mengerjakan proyek perangkat lunak dengan gaji yang imutnya seperti Tini Wini Biti, gue berhasil mendarat di pulau harta bernama Telcacell. Setidaknya dari gosip teman-teman kuliah seangkatan di grup chat, mereka sampai silau dengan beberapa teman yang sudah bisa pamer ini itu karena langsung dapat gaji dua digit begitu menjadi karyawan di sana. Hmm, ya, bodoh amat.
Duh, kalau saja kakak gue satu-satunya tahu dengan kisah nyatanya! Gue bisa diterima di Telcacell benar-benar faktor keberuntungan semata. Kak Maya tidak tahu sama sekali bahwa sempat ada drama ojek payung ketika sedang dalam perjalanan menuju tempat wawancara. Bukan, bukan ojek payung seperti yang suka dibawakan oleh anak-anak tanpa alas kaki yang biasa mangkal di depan mall atau kantor. Ini kisah sungguhan gue naik ojek sambil berpayung akibat hujan tidak kunjung berhenti. Mengapa tidak pakai parka atau sejenisnya? Karena gue buru-buru pergi dari rumah tanpa mengecek tas. Bloon, kan? Payung gue jelas saja wafat seketika setelah dibawa mengebut di jalanan. Gue satu-satunya calon karyawan yang menyerupai hantu banyu dan membuat pewawancara sempat kabur saat gue dipanggil masuk ruangan. Mantap.