9 Juli 2020
Halo Go Blog, kembali bersua. Hari ini tentu saja lagi-lagi hari yang akan membuat gue akan seperti nama blog. Tentunya dengan alasan berbeda.
Hari ini alasannya adalah 4K. Yah, siapa tahu yang baca blog gue juga tidak tahu apa itu 4K, biar gue jelaskan dulu. 4K sendiri merupakan resolusi tampilan horizontal dengan jumlah 4000 megapiksel dengan ukuran standar yang terpisah antara televisi digital dan industri film. Gampangnya, kita semua akan bisa menyaksikan tayangan di televisi atau layar film dengan resolusi terbaik, setidaknya sampai blog gue dirilis. Tentunya dengan kemajuan teknologi yang pesat, bisa jadi isi blog gue akan secepat itu basi seperti susu murni yang dibiarkan hingga esok hari.
Nah, setidaknya milenial sudah banyak yang tahu, terutama di perkotaan. Tidak mungkin mereka tidak pernah dengar kalau selalu pegang gadget tiap hari! Bisa jadi pengertian mereka hanya sebatas nonton Youtube atau merekam video dengan kamera ponsel tercanggih yang mereka miliki, tapi setidaknya itu sudah jadi pengetahuan umum.
Lalu bukankah seharusnya siapa pun yang berkecimpung di industri teknologi dan informasi memahami maksudnya? Tapi ternyata eh ternyata… di dunia ini anomali itu bernama Bu Diah. Sungguh, gue juga tidak paham lagi dengan sosok unik satu ini.
Di hari pertama gue bertemu dengannya, tepat sekitar dua hari yang lalu, gue langsung bisa memahami bahwa si Naga ini sudah malfungsi… otaknya. Mungkin anunya juga, gue sih masih curiga. Astaga, apakah ini alasan si Naga mengadakan meeting terus tiap malam? Apakah itu yang membuat Bu Nariti tidak senang? Ah, tapi gue juga malas memulai dengan mulut si Naga yang bau akibat lubang gigi yang tak kunjung diperbaiki.
Hadeh, ada-ada saja masalah rumah tangga. Kalau gue jadi dia, lebih baik ubah identitas di malam hari sambil kecrek-kecrek mengais nafkah di Taman Lawang daripada meeting tidak jelas sampai waktunya kalong wewe buka warung!
Kembali lagi ke Bu Diah, di hari pertama gue masuk, Bu Diah langsung menyambut gue dengan hangat. Sebagaimana layaknya ibu-ibu hobi comel, segala hal dia bicarakan. Mulai dari kepo merek pisang yang gue bawa ke kantor untuk sarapan, hingga rambut gue yang selalu kayak orang habis bangun tidur meski gue sudah berupaya terlihat rapi.
Ternyata dia sudah bertemu dengan Mbak Indita. Hahaha, mampus! Gue jadi penasaran kan, reaksinya Mbak Indita seperti apa. Baru saja kena zonk dari si Naga, lalu malah bertemu dengan lawan yang jelas-jelas tidak sepadan dengan Mbak Indita. Gue saja kena sembur, tidak mungkin kan Bu Diah lolos dari mulutnya yang lebih perih dari tangan terjepit pintu lift? Ehem, soal cerita tangan terjepit pintu lift itu bukan gue. BUKAN GUE.
Tapi melihat wajahnya yang terlihat ceria, entah Mbak Indita memang termangu-mangu sampai tidak bisa berkata-kata, atau Bu Diah terlalu tidak peka. Mana pun, gue tidak memastikan.