Tukang Kipas Naik Naga Indosiar

Rury R&B
Chapter #31

A Valley of Paradox

31 Juli 2020 

Every enemy’s enemy is a friend.  Siapa sangka peribahasa itu begitu tepat mendeskripsikan kondisiku sekarang?  

Dalam naskah “The Emperor’s Clothes,” para penipu yang pura-pura menjadi penjahit menggunakan ego manusia yang rapuh untuk bisa mengelabui mulai dari para penguasa hingga rakyat yang tak ingin mengakui bahwa mereka adalah target kebodohan mereka sendiri.  Bukankah pada dasarnya manusia lebih menyukai ilusi yang manis dan indah ketimbang kebetulan yang pahit?  Tak banyak yang mau mengakui bahwa mereka tak mampu melihat pakaian yang disiapkan untuk sang kaisar; semua begitu pandai bersandiwara.  

Aku tak selihai itu dalam hal menyanjung manusia.  Dahulu kala mungkin aku terbiasa dengan puja-pujian yang mereka tujukan pada keserasian dan kesempurnaan keluarga kami hingga rumah-rumahan yang selama ini kami mainkan runtuh, luluh lantak.  Baru dari situ aku belajar bahwa  tak pernah ada yang sempurna dari seorang manusia.  Maka sanjungan hanya omong kosong belaka, bisa menjadi candu bagi manusia yang senang berdelusi tentang kehebatan dirinya sendiri. 

Aku tak ingin mengucapkan ini secara langsung, tapi Veronika ada benarnya juga.  Setelah beberapa minggu bekerja di bawah Bu Nariti, ada beberapa hal yang bisa kusyukuri.  Bukankah ini sebuah paradoks?  

Memang masih ada beberapa tindakan Bu Nariti yang kuanggap sebagai tindakan sewenang-wenang.  Namun dari apa yang sudah kupelajari hingga akhirnya bisa keluar dari rumah laknat itu adalah aku  perlu mencari celah agar bisa memutar balik keadaan.  Hanya dengan cara demikian, Bapak tak pernah lagi berusaha menghalang-halangiku ketika aku menyambut kemerdekaan.  Kalau aku bisa memancing hingga mendapatkan hasil yang terbaik, aku tak bisa terus menerus mempersoalkan masalah kecil. 

Alasanku bisa keluar dari rumah laknat itu terbilang sederhana: aku punya bukti kuat yang bisa menghancurkan reputasi Bapak.  Kejadian pamungkas yang ingin sekali kuhancurkan dari ingatan itu justru satu-satunya cara untuk membungkam Bapak.  Rekaman suara Bapak masih kusimpan sampai sekarang sebagai barang bukti.

Lihat selengkapnya